Indahnya Menjadi Muslimah
Dulu, pada masa Jahiliyah, sebelum islam datang, menjadi seorang perempuan adalah hal yang paling menyedihkan. Lahir sebagai perempuan berarti perjuangan sejak napas pertama. Menurut kaum Jahiliyah memiliki anak perempuan adalah aib. Anak perempuan harus bisa bertahan dalam keluarga yang sama sekali tidak memuliakan perempuan. Setelah dewasa, perempuan juga biasa menjadi bahan pertukaran, pertaruhan, bahkan warisan. Perempuan tidak diberikan kesempatan untuk memilih dan menyuarakan pendapat.
Senada dengan masyarakat Indonesia pada zaman dahulu, perempuan diperlakukan hanya sebagai “orang dapur” bahkan sampai sekarang masih saja ada orang yang berpikiran kuno bahwa pekerjaan perempuan adalah dapur-sumur-kasur. Perempuan sama sekali tidak diberikan hak untuk mengeluarkan pendapat, apalagi sampai “memimpin” keluarga. Posisi perempuan hanya sebagai orang yang wajib menurut.
Pada beberapa budaya, kehadiran anak perempuan bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Anak perempuan diperlakukan seperti putri yang terus dihias dan dilatih untuk memiliki tata krama yang baik agar jika tiba saatnya untuk dinikahkan, anak tersebut bisa menjadi istri orang kaya atau bangsawan dan mendapat mas kawin mahal untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Lucunya, hingga kini masih banyak keluarga yang memperlakukan anak perempuan seperti ini.
Padahal, dibanding anak laki-laki, anak perempuan memiliki kasih sayang yang lebih mendalam pada orangtuanya. Anak perempuan pertama biasanya bisa menjadi sahabat dan tempat curhat yang menyenangkan bagi ibunya. Anak perempuan terakhir biasanya menjadi hiburan dan penyejuk hati yang menyenangkan bagi kedua orangtuanya. Lantas, apa yang buruk sebenarnya dari memiliki anak perempuan? Apa karena anak peremouan dianggap tidak bisa memimpin dan tidak bisa melanjutkan nama keluarga?
Ah, untung saja islam tidak memandang perempuan begitu sempit.
“Siapa yang mempunyai tiga anak perempuan, dia melindungi. mencukupi. dan menyayanginya. maka wajib baginya surga.” Ada yang bertanya. “Bagaimana kalau dua anak perempuon. wahai Rasulullah’?” Belrau menjawab. “Dua anak perempuan juga termasuk.”
(HR. Bukhari)
Dari sini, saya melihat Islam memiliki tata aturan yang luar biasa. Islam mengatur tentang hak dan kewajiban perempuan dalam sebuah surah sepanjang 176 ayat, yaitu surah An-Nisa. Tidak hanya itu, Allah masih menyiapkan ayat-ayat tambahan tentang perempuan yang tersebar di seluruh Alquran. Ternyata, tidak hanya hukum tentang perempuan yang disebutkan dalam Alquran, tetapi di sana juga memuat fenomena yang sering dialami perempuan dan nasihat-nasihat indah agar perempuan bisa menghadapi hari-hari dengan baik.
Lahir menjadi muslimah atau memutuskan untuk menjadi muslimah adalah hal paling indah yang harus disyukuri, Ukhti. Dalam Islam, perempuan diletakkan pada posisi yang mulia. Allah mengharamkan surga untuk orang yang membunuh dan menyakiti anak perempuan. Sekalipun memang laki-laki yang memimpin keluarga, bukan berarti peran perempuan dalam keluarga menjadi dikecilkan. Justru perempuan mendapatkan porsi yang tepat dan baik dalam rumah tangga menurut Islam.
“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan sgorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya. wanita juga adalah pemimpin ates rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin.”
(HR. Muttafaqun alaihid)
Hal ini mengisyaratkan bahwa perempuan tetap memiliki peran yang sangat penting dalam rumah tangga. Perempuan harus bisa memimpin rumah (untuk mengatur asisten rumah tangga dan siapa pun yang ada di dalam rumah tersebut) dan anak-anaknya. Untuk bisa melakukan semua ini, tentu seorang perempuan harus membekali diri dengan pendidikan, pola pikir yang baik, dan ilmu agama yang mumpuni. Perempuan tidak hanya diberikan kewajiban untuk nerimo, tetapi juga untuk mengambil keputusan dan berdiskusi dengan suami tentang apa yang baik dan tidak baik untuk keluarganya.
Selain itu, masih banyak lagi keistimewaan lain dalam islam yang dikhususkan bagi perempuan. Soal hak waris misalnya, atau tentang pembagian kekayaan. Perempuan tidak diwajibkan membagi kekayaan pada suami, tetapi Sumi wajib membagi harta apa pun pada istriya. Allah Mahatahu bahwa seorang perempuan, apalagi yang telah menjadi ibu, tidak akan menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu. Seorang ibu secara naluriah pasti akan meninggalkan hartanya untuk anak-anaknya kelak. Seorang ibu pasti akan menyimpan hartanya untuk kebaikan rumah tangganya juga. MasyaAllah.
Dari sekian banyak keistimewaan yang ditetapkan Islam bagi seorang muslimah, bagian terbaik yang paling saya sukai adalah tentang menutup aurat. Islam memandang bahwa perempuan adalah perhiasan, perempuan adalah keindahan, perempuan adalah aurat yang sekaligus juga sumber dari fitnah. Sungguh menjadi perempuan itu indah sekaligus berat. Pernahkah Ukhti berpikir bahwa banyak sekali fitnah (gosip) yang dengan mudah diseborkan pada muslimah? Baru keluar rumah sebentar dengan laki-laki, eh, sudah digosipkan pacaran, melakukan hal yang tidak-tidak, hingga hamil di luar nikah.
Ketika awal saya berhijab dan memakai pakaian longgar, tetangga pada heboh. Katanya saya hamil dan pakaian itu saya pakai untuk menutupi kehamilan saya. Alih-alih marah, saya hanya tersenyum saja. “Saya tidak hamil. Tunggu saja nanti kapan anaknya lahir,” ucap saya pada semua orang yang meributkan pakaian saya.
Tidak sampai di situ. Ketika kuliah, saya dekat dengan seorang dosen laki-laki untuk urusan organisasi, eh, saya harus menghadapi gosip kalau saya adalah simpanan dosen tersebut. Astagfirullah. Padahal saya tidak sendirian kalau ngobrol dengan dosen tersebut. Di organisasi yang sifatnya umum tersebut, saya beberapa kali terlibat tampil di publik bersama dengan senior yang laki-laki. Eh, saya dapat lagi gosip “hijaber tapi pacaran” yang berembus luar biasa kencang. Ini mengerikan sekali. Betapa cepatnya orang membuat gosip dan kesimpulan dari hasil suudzon.
Sudah punya suami, karena LDR, saya lebih sering jalan dengan adik saya yang jauh lebih tinggi daripada saya. Eh, beberapa tetangga menggosipkan kami pacaran. Hampir tidak ada yang percaya kalau dia adalah adik saya. Memang sih dia lebih pantas jadi Kakak saya karena ukuran tubuhnya yang tinggi besar dan ekspresinya yang selalu serius. Sampai akhirnya orangtua saya memutuskan agar mereka lebih sering menemani ke rumah saya. Tujuannya agar tetangga tidak terus menyebar fitnah yang mungkin bisa membahayakan rumah tangga saya. Ayah saya mengatakan, “Biarkan mereka melakukan apa saja dengan mulut mereka. Toh, nantinya mereka. yang akan bertanggung jawab atas apa yang diucapkannya. Kamu harus menjaga sikap agar tidak terpengaruh karena nantinya, kamu akan bertanggung jawab atas perbuatan dan sikapmu sendiri,
Islam menyelamatkan muslimah dengan meminta mereka muslimah menutup auratnya dengan baik. Dalam perintah menutup aurat ini saya merasakan hikmah yang tuar biasa. Menutup aurat bukan berarti membatasi kebebasan dan ruang gerak muslimah, tetapi menutup aurat itu berarti Islam memandang muslimah sangat berharga.
Hai, Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri–istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Mana Penyayang.
(Al-Ahzab [34]; 59)
Mari kita perhatikan lagi bagaimana isi ayat yang indah ini, Tujuan pertama memakai hijab adalah agar kita dikenali. Bukan hanya dikenali sebagai seorang muslimah, Ukhti, tetapi juga dikenali sebagai seorang perempuan yang memiliki harga diri tinggi, yang tidak akan menampakkan dirinya pada orang yang bukan muhrim. Agar kita dikenali sebagai seorang yang beriman dan bertakwa.
Tujuan berikutnya adalah agar tidak diganggu. Oleh siapa? Agar tidak diganggu oleh laki-laki hidung belang, dan jin yang membisikkan kejahatan. Seorang yang menutup dirinya dan membentengi diri dengan ayat-ayat Allah akan terhindari dari pandangan jin dan bisikan menuju keburukan. Tinggal sekarang kita menjadikan hijab hanya sekadar kain yang menutupi kepala atau kita niatkan memakai hijab sebagai bentuk ketaatan pada Allah?
Dulu, sebelum memakai hijab, saya berpikir hijab adalah sebuah bentuk pengungkungan terhadap hak. Ya, Ukhti tahu sendiri, orang yang kurang ilmu mengambil keputusan dan memandang segala sesuatunya hanya dari kacamata nafsu saja. Untuk seorang yang miskin ilmu seperti saya dulu, logika adalah semua yang ditangkap oleh nalar dan diterima oleh nafsu sebagai sesuatu yang menyenangkan. Saya sama sekali tidak berpikir dalam waktu itu.
Kini, setelah berhijab dan benar-benar merasakan manfaatnya, saya tahu bahwa ini adalah perintah yang paling penuh cinta bagi seorang muslimah. Berhijab membuat saya merasa istimewa, bayangkan tidak ada yang tahu bagaimana rupa saya yang asli kecuali orangtua, saudara, dan suami saya. Tidak ada orang yang bisa menyentuh saya (bersalaman) Kecuali orangtua, saudara, dan suami saya. Rasanya, saya diperlakukan seperti perempuan yang istimewa.
Dengan berhijab, saya juga tidak perlu mengikuti beauty standard yang ditetapkan oleh lingkungan mainstream, seperti rambut yang harus tertata setiap helainya, kulit yang harus memakai segala macam krim agar terhindar dari sengatan panas matahari, berbagai macam pakaian yang membuat tubuh saya terlihat menarik yang sebenarnya adalah bujukan untuk hidup konsumstif dan hedon. Menurut saya, berhijab merupakan bentuk anti-body shaming terbaik. Dengan hijab, kita tidak hanya menutup aurat, melainkan menutup semua aib yang ada di tubuh kita. Hijab menyembunyikan lemak dengan baik. Ukhti tidak perlu takut orang melihat gelambir lemak di tubuh. Hijab menutupnya dengan cantik.
Dengan menutup tubuh, kita juga menjaga agar orang mampu menjaga sikap dan menjaga jarak dengan kita. Kita memberikan bahasa tanpa kata bahwa kita memiliki kebebasan untuk memilih pada siapa kita mempertihatkan tubuh kita. Bahwa tubuh kita bukanlah tontonan yang dinikmati dan dikomentari banyak orang. Hanya mereka yang memiliki hubungan istimewa dan diridai Allah-lah yang memiliki izin untuk melihat tubuh kita.
Wah, di sini saya merasa sangat spesial sekali, Ukhti. Saya merasa sangat bangga dan berbahagia sekali menjadi seorang muslimah.
Ukhti, coba lihat bagaimana orang-orang meletakkan perhiasan terbaik dalam sebuah pameran? Perhiasan yang biasa saja diletakkan dalam kotak kaca biasa. Bahkan ada perhiasan yang diletakkan di atas kotak kaca agar bisa dipegang dan dilihat dari dekat oleh pengunjung. Namun, coba perhatikan perhiasan yang memiliki kualitas terbaik! Perhiasan yang dianggap masterpiece selalu diletakkan di kotak kaca terpisah yang lebih tebal dan lebih aman dari kotak lainnya. Tidak ada satu tangan pun yang bisa menyentuh perhiasan ini kecuali yang berkepentingan. Sekalipun sebenarnya ingin, orang-orang menahan diri untuk tidak menyentuh kotaknya karena tidak ingin sidik jari menodai kotak kaca yang telah didesain dengan sangat apik sebagai wadah perhiasan tersebut.
Lalu, cobalah lihat bagaimana kerajaan-kerajaan besar di dunia meletakkan ratu dan putri-putri mereka? Ratu tidak boleh tertawa atau berpakaian sembarangan. Ratu-ratu juga tidak boleh bergaul dengan orang sembarangan. Orang-orang juga menahan diri untuk tidak menyentuh perempuan istimewa tersebut agar tidak mendapat hukuman. Sekalipun ingin, mereka tahu konsekuensi yang harus mereka hadapi kalau nekat melakukannya.
Begitu pula dengan muslimah. Allah meletakkan kita di tempat yang sangat istimewa. kita juga dilengkapi dengan aturan-aturan yang istimewa agar menjadi sosok yang berbeda. Islam menjadikan seluruh muslimah sebagai ratu. islam mengistimewakan semua perempuan, tanpa melihat siapa, kedudukan, atau jumlah harta kekayaan. Dalam pandangan Islam, semua muslimah adalah sempurna, semua muslimah adalah istimewa.
Tinggal Kita yang menentukan, mau tidak diperlakukan sebagai seorang ratu yang istimewa. Pantaskah kita mendapat keistimewaan tersebut.
Ah, UKhti… jika dipikir Lagi, ada banyak sekali perintah dan hukum dalam Islam yang sebenarnya sangat berguna untuk membuat kitajadi lebih baik. Tanpa semua itu, mungkin kita masih akan tetap sama dengan perempuan-perempuan terdahulu sebelum Islam masuk ke bumi Pertiwi, menjadi orang yang hanya berada di dapur-sumur-kasur dan tidak mendapatkan hak sama sekali untuk mengembangkan diri. Seharusnya, kita sangat bangga menjadi muslimah yang memiliki keistimewaan dan keunggulan dari perempuan Lainnya.
Penasaran dengan bukunya? Kamu bisa membelinya di Jakarta Book Review Store. Jakarta Book Review memiliki banyak koleksi buku bermutu lainnya tentunya dengan harga terjangkau, penuh diskon, penuh promo, dan yang jelas ada hadiah menariknya. Penasaran? Langsung cek ya.