Sebagai orang yang lama belajar Islam di Timur Tengah, yakni 41 tahun, Dr. Nahrawi Salam punya gagasan menarik soal perdebatan laten antara alumni Timur-Barat. Ia memandangnya secara arif. Menurutnya, belajar Islam di mana saja sama. Di Timur Tengah atau Barat tak ada bedanya. Tak perlu dipersoalkan. Belajar di Chicago, misalnya, toh guru-gurunya banyak yang berasal dari Mesir, Pakistan. Yang penting, bagaimana orangnya. “Kalaupun ada perbedaan antara dua alumni, itu wajar-wajar saja. Yang dilarang agama adalah berpecah belah. Sebab, inti ajaran sosial Islam adalah persaudaraan dan persatuan,” tegasnya.
Begitupun ia tampak berhati-hati dalam menilai tradisi belajar Islam di Barat, khususnya menyangkut masalah sekularisasi. Menurutnya, kajian Islam di sana memang sering tidak berdasarkan bahasa agama murni. “Barat sering mengkaji Islam untuk kepentingan tertentu. Akibatnya, Islam diterjemahkan seenaknya, tanpa peduli pada kebiasaan yang telah berlangsung lama di Timur Tengah,” katanya.
Namun, Nahrawi juga tidak mau sembarangan dalam menanggapi berbagai isu yang berkembang, khususnya terhadap pendapat ulama atau cendekiawan yang dinilai oleh kalangan tertentu berpikiran nyeleneh. Menurutnya, pendapat yang dinilai aneh oleh sebagain masyarakat jangan buru-buru dinilai pesannya. Kalaupun tidak setuju terhadap pendapat seseorang, harus dilihat dulu permasalahannya. Dan jangan percaya begitu saja kepada surat kabar atau majalah.
Dalam kajian ilmu seseorang diajarkan untuk meyakini kebenaran itu dengan keyakinan yang bisa dibuktikan. Menurutnya, salah besar kalau baru mendengar sepotong-sepotong, lantas diulas oleh yang lain dengan emosi, kemudian yang lain menjatuhkan vonis. Itu bukan bahasan ilmiah, tapi kerjaan orang politik “Kalau saya tidak setuju, saya akan langsung tanya kepada yang bersangkutan mengapa dia berpendapat demikian dan apa alasannya. Kalau alasannya tepat, no problem,” ujarnya.
Kalaupun terjadi perbedaan dalam membahas soal-soal Islam antara alumni Barat dan alumni Timur Tengah, mari kita lihat perbedaan itu dalam rangka ukhuwah. “Perbedaan pendapat jangan sampai merontokkan ukhuwah. Kalau kita ribut sesama Islam, yang untung adalah orang lain.