Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.
Jakarta – Bertepatan dengan Hari Kartini, Novel “Rantau” karya Futri Zulya dan Zita Anjani telah resmi rilis, Kamis (21/4/2022) di DJournal House. Kedua putri dari Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI periode 2014-2019, Zulkifli Hasan ini mempersembahkan novel tersebut sebagai kado ulang tahun yang sedianya diberikan pada tahun 2021, namun tertunda akibat pandemi Covid-19.
Dalam acara launching ini, Futri Zulya, putri sulung Zulkifli Hasan dengan antusias menceritakan secara singkat isi dari novel tersebut.
“Rantau, merupakan novel kisah nyata seorang anak bernama Zun alias Zulkifli Hasan kecil yang nekat merantau dari Lampung ke Jakarta. Berbekal beberapa emas dan karpet dari emaknya (Ibu Zun), ia yang saat itu baru lulus SMP dengan berani memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan bersekolah di SMA Negeri 53 Cipinang, Jakarta Timur,” ucapnya.
Tak kalah antusias, Zita Anjani, putri kedua Zulkifli Hasan menambahkan, novel ini bercerita tentang Zun dari masa kecil hingga menemukan tambatan hati dan menjadi pengusaha,” katanya.
Mereka pun juga bercerita tentang awal mula tercetusnya ide untuk menuangkan kisah hidup sang ayah (Zulkifli Hasan) ke dalam sebuah novel. Futri mengatakan, sejak kecil ia dan adik-adiknya sering mendengar cerita tentang perjuangan keras sang ayah dalam menjalani kehidupannya. Mulai dari masa kecil yang sulit di sebuah desa di Lampung Selatan, hingga ia merantau ke ibu kota berteman tas ransel satunya-satunya yang ia miliki.
Zita menambahkan, salah satu alasan disusunnya novel ini, karena adiknya yang paling kecil juga ingin merantau ke New York, Amerika Serikat (AS).
“Awalnya kita sering diceritakan kisah papih (Zulkifli Hasan) tentang perjuangannya saat masih kecil. Lalu pas adik kami yang paling kecil akan melanjutkan sekolah ke New York, tercetuslah ide untuk menuangkan kisah rantau Papih ke dalam buku, sekaligus sebagai kado ulang tahunnya,” ujar Zita yang bertugas menuliskan kisah Zun kecil di kampung halamannya.
Zita berharap kisah perantauan ayahnya ini dapat menjadi inspirasi banyak orang. Tak lupa Futri juga berharap kisah ayahnya ini dapat menjadi penyemangat bagi para generasi muda yang membacanya. Karena ia percaya kegiggihan dan kerja keras akan mambuahkan hasil yang luar biasa.
“Dari novel ini kita bisa tahu, jika anak yang masa kecilnya tinggal di desa terpencil tanpa ada aliran listrik bahkan untuk berangkat sekolah pun harus menempuh jarak lima kilometer jalan kaki yang kadang bertemu hewan buas di jalan bisa menjadi sukses dengan kegigihan dan kerja keras. Karena papih percaya “usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil”, jelas Futri yang mengaku menghabiskan lebih dari lima tahun menyusun novel tersebut bersama adiknya.
Mereka mengaku, untuk menyajikan cerita seotentik mungkin, mereka tak segan terjun langsung ke lapangan (kampung halaman Zun) untuk memastikan detail situasi dan kondisi dari kampung halaman Zun.
Sebagai informasi dalam acara ini turut hadir tamu undangan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddi Soeparno, anggota DPR RI periode 2009-2014 Ahmad Rizki Sadig, anggota DPR RI Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, Eko Patrio, Viva Yoga Mauladi, Elma Teana, Intan Fauzi, Wakil Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah periode 2016–2021 Sigit Purnomo Syamsuddin Said beserta istri, Eli Sugigi, Cut Keke, dan lain sebagainya. (ST/JBR)