Tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara
Jakarta – Terpilih menjadi Ketua Umum Forum Lingkar Pena (FLP) periode 2021-2025, Gegge Mappangewa, berkomitmen meningkatkan literasi di Indonesia. Hal ini ia sampaikan pada Musyawarah Nasional (Munas) kelima FLP di Malang pada 19-21 November 2021.
Ia menilai perkembangan literasi di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini berdasarkan data yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 lalu, yang menyebut tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara.
“Tren membaca buku best seller memang ada, tapi lagi-lagi itu hanya di ranah orang-orang yang mampu membeli dan mengoleksi buku,” ungkapnya, Senin (22/11/2021).
Selain harganya yang tidak terjangkau, buku juga tidak terjangkau oleh tangan karena masih minimnya perpustakaan dan rumah baca di Indonesia.
Ditambah lagi sekarang telah terjadi pergeseran tren dari membaca majalah dan buku cetak ke digital. Menurutnya, di awal pandemi Covid-19 tren membaca sempat tiarap. Namun, masalah itu cukup teratasi dengan adanya Gerakan Literasi Nasional yang diinisiasi Kemendikbudristek yang menyediakan buku-buku digital.
Pria yang bernama asli Sabir ini berharap pemerintah dapat meringankan biaya cetak agar produksi buku semakin banyak, harga semakin terjangkau, dan penyebarannya semakin merata.
Menurutnya, meskipun terjadi peningkatan jumlah taman baca, namun jumlah itu masih jauh dari kata banyak. “Jika minat baca tinggi, maka perpustakaan dan taman baca di kota mana pun akan kewalahan melayani pengunjung,” katanya.
Sebagai ketua umum yang baru, dia juga berharap FLP ke depannya akan semakin memperbanyak karya, baik itu cetak maupun digital. “Intinya, FLP harus menyesuaikan perkembangan literasi agar bisa tetap eksis sebagai organisasi literasi yang mencerahkan,” pungkasnya. (Zak/JBR)