Dalam hubungan interpersonal maupun sosial, tak ada yang lebih penting melebihi komunikasi. Oleh karena itu, dalam sejarah umat manusia, komunikasi menjadi faktor utama pendorong evolusi peradaban dalam segala bidang. Teknik komunikasi tidak hanya tentang menyampaikan sesuatu, tetapi mengubah orang dan membalik keadaan. Maka jangan remehkan kata-kata. Menurut filsuf Inggris JL. Austin, bicara itu memiliki kekuatan yang sama dengan perilaku, bahkan terkadang lebih dahsyat.
Menurut ilmu semantik, kalimat itu menyimpan makna preposisi atau informasi yang terkandung dalam kalimat. Namun pada saat yang sama, kalimat juga memiliki makna ilokusi, yaitu makna tersembunyi dalam sebuah statement. Saat seseorang bicara, pada dasarnya ia juga melakukan hal esensial lainnya, yang sifatnya implikatif, seperti pada peringatan, ancaman, dan rekomendasi.
Ilokusi bisa sukses atau gagal, tergantung aktornya dan caranya memerankannya. Misalnya kata-kata “Anda sah sebagai pasangan”. Hal itu tak akan ngaruh selain diucapkan oleh pendeta. Aspek paling efektif dalam komunikasi adalah perlokusi atau pemaknaan seseorang terhadap suatu kalimat yang dia dengar atau yang dia baca. Perlokusi inilah yang akan menentukan seberapa besar konsekuensi kata-kata itu. (h 72)
Komunikasi adalah hal niscaya dalam hubungan manusia. Sekalipun orang hanya diam, itu adalah bentuk komunikasi dan akan membawa implikasinya sendiri. Teoritikus komunikasi Paul Watzlawick mengenalkan lima aksioma komunikasi. Yang pertama, Anda tak mungkin tidak berkomunikasi. Bahkan ketika seseorang memilih tidak berbicara, tetapi bahasa tubuh, mimik, dan berbagai aspek non verbal lainnya tetap berkomunikasi. Kedua, teknik komunikasi memiliki aspek hubungan dan konten. Artinya, konten pembicaraan akan dimaknai sesuai latar belakang hubungan antar pihak yang berkomunikasi tersebut.
Ketiga, komunikasi selalu tentang sebab akibat. Keempat, manusia menggunakan modalitas analog dan digital. Kelima, komunikasi bersifat simetris atau komplementer. Dalam hal ini interaksi yang bersifat simetris cenderung saling menyaingi dan kompetitif, karena bergerak ke arah yang sama. Sedangkan, interaksi yang bersifat komplementer saling melengkapi satu sama lain dan cenderung lebih harmonis. (h 95)
Lima kebenaran inilah yang harus dipegang dalam membangun teknik komunikasi efektif yang bermanfaat. Kesalahan-kesalahan komunikasi, dalam sejarahnya disebabkan pola interaksi yang tak mengindahkan salah satu atau lebih, dari lima aksioma di atas.
Tentara Inggris pernah mengalami kehancuran di perang Krimea tahun 1854, gara-gara miskomunikasi yang dipicu komandannya, Lord Raglan. Peristiwa ini dikenal dengan The Charge of the Light Brigade. Ceritanya, Lord Raglan memberi perintah pada tentaranya untuk mencegah tentara Rusia menjangkau artileri pelontar yang disita dari Turki. Namun kata-kata “cegah musuh mengambil senjata” dipahami sebagai serangan mendahului. Kekonyolan ini mengarahkan tentara Inggris ke basis utama pertahanan Rusia, bukannya merebut senjata pelontar yang posisinya tidak terkawal baik.
Buku yang ditulis oleh Mikael Krogerus dan Roman Tschäppeler ini adalah kumpulan teori komunikasi orang-orang hebat seperti Marcel Proust, Paul Watzlawick, Schulz Von Thun, Mc Luhan, dan lain-lain. Cakupannya luas, mulai komunikasi dengan diri sendiri (self talk), mendengarkan secara pro aktif, obrolan ringan, hingga presentasi. Dalam buku setebal 190 halaman yang dirilis Renebook ini terdapat 44 bab yang mungkin dapat mengubah cara berkomunikasi Anda menjadi jauh lebih efektif, persuasif, dan tepat sasaran.
Ada sebuah prinsip fundamental: “how something is said and by whom” (bagaimana sesuatu dikatakan dan oleh siapa). Di sini ada dua hal mendasar, yaitu siapa yang mengatakan, dan bagaimana cara mengatakannya. Artinya, political standing pengucap juga penting, selain tentu saja materi yang diucapkan dan cara mengucapkannya.
Menurut Daniel Kehneman dan Amos Tversky, bagaimana cara sebuah pesan disampaikan dapat memengaruhi respon seseorang dalam mengambil keputusan. Misalnya dalam hal periklanan, ada dua produk yoghurt dipromosikan dengan cara berbeda. Yoghurt pertama dipromosikan “90% bebas lemak”, dan yoghurt kedua “mengandung 10% lemak”. Meskipun keduanya mengandung kadar lemak yang sama, orang akan cenderung memilih yang dikesankan nyaris bebas lemak. Hal itu karena bingkai berpikir orang tentang yoghurt adalah minuman kesehatan. (h 141)
Soal bingkai berpikir ini, Erving Goffman menyebutnya framing, yaitu metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu.
Manusia ternyata tidak pernah otentik pemikirannya. Ia mengadaptasi perilakunya pada tiap-tiap bingkai. Dalam buku The Presentation of Self in Everyday Life, disebutkan ternyata perilaku manusia itu berbeda-beda pada setiap situasi, bergantung pada framing. Misalnya ketika melihat lukisan jelek di museum, orang menganggapnya karya seni. Tetapi ketika lukisan yang sama berada di gudang, tak ada lagi yang menyebutnya begitu. (h 140)
Judul: The Communication Book 44 Ide Strategis untuk Komunikasi yang Lebih Baik
Penulis: Mikael Krogerus dan Roman Tschäppeler
Penerbit: Renebook
Genre: Bisnis
Tebal: 208 halaman
Edisi: Cet I, Juli 2022
ISBN: 978-623-6083-35-2