Sebelum memasuki gerbang ilmu, pelajar biasanya diberi bekal bagaimana caranya mendapatkan cahaya Ilahi (nurullah). Pendiri Nahdlatul Ulama Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari membuat panduan menuntut ilmu yang ditulisnya dalam Kitab Adabul Alim wal Muta’allim. Isinya banyak menjelaskan tentang akhlak bermuamalah bersama teman sebaya, orang tua, dan guru. Perilaku menghadapi mereka tidak boleh sembarangan. Ada standar tersendiri. Sebab apabila salah bersikap, maka seseorang akan gagal meraih ilmu bermanfaat dan barokah dari Allah SWT.
Hal sama juga dijelaskan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ayyuhal Walad pada abad ke-12. Ini adalah risalah sederhana. Tipis. Tapi kandungannya luar biasa penting. Khususnya untuk para pelajar. Risalah kecil ini banyak menekankan pada perangai mulia, ibadah, dan tirakat untuk mendapatkan cahaya Allah.
Selain keduanya, adalagi satu kitab panduan mencari ilmu yang lebih populer. Sejak 800 tahun lalu, buku ini dibaca umat Islam di berbagai kawasan. Muslim di Nusantara, bil khusus kalangan pesantren, adalah penikmatnya.
Nama referensi ini adalah Ta’lim al-Muta’allim fi Thariq at-Ta’allum. Pengarangnya Syekh Burhanul Islam az-Zarnuji, cendekiawan yang tak banyak dikenal. Berdasarkan pengantar kitab tersebut, dia adalah tokoh yang hidup di sekitar Zarnuj, sebuah kawasan di Timur Tengah sekitar Afghanistan, ahli fikih bermazhab Hanafi.
Pengantar kitab tersebut juga tidak menjelaskan profil sang alim dengan panjang lebar. Sepertinya memang sengaja begitu, karena memang ulama zaman dahulu tak ingin dikenal. Yang diutamakan adalah karya yang dihasilkan berupa kitab yang ditulisnya dibaca dan bermanfaat. Bahkan ada juga ulama yang menulis kitab, kemudian ditinggalkan begitu saja di suatu tempat.
Karena itu ada saja kitab klasik yang beredar luas dan dibaca banyak orang, tapi pengarangnya tidak diketahui. Ini merupakan bentuk keikhlasan dan zuhud ulama. Mereka menjauhi popularitas dan kenikmatan dunia dan hanya mengharapkan lakunya berfaidah sepanjang masa.
12 Proses Pendidikan
Ada 12 pembicaraan tentang proses pendidikan dan pengajaran yang disampaikan Syekh Burhanul Islam Az-Zarnuji. Pembahasan dimulai dari pemahaman apa itu hakikat dan keutamaan ilmu, niat belajar, cara memilih ilmu, guru, dan teman.
Berikutnya adalah tentang kewajiban menghormati ilmu dan guru. Di bagian ini Az-Zarnuji pada pengantar bab menekankan, bahwa seorang murid tak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan tidak akan bisa memanfaatkan ilmu yang didapat kalau tidak menghormati ilmu, ahlinya, guru, dan orang dekatnya.
Bagian ini banyak menekankan pentingnya seorang pelajar memuliakan guru sebaik mungkin. Hal ini dilakukan dengan bertutur kata dan berperangai baik kepada guru. Kemudian membantu guru, dan melakukan segala amal kebaikan yang membahagiakan dan memuliakan sang guru.
Namun akhlak seperti ini banyak diabaikan para penuntut ilmu. Alih-alih menghormati dan memuliakan, ada saja dari mereka yang justru menghina, mencaci maki, bahkan menganiaya guru, seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Ini menunjukkan siswa meremehkan bahkan menzalimi ilmu, sehingga Allah tidak menyinari hatinya dengan cahaya ilmu.
Berikutnya adalah tentang kesungguhan, ketekunan, dan cita-cita. Bab tersebut menjelaskan tentang belajar harus dilakukan dalam waktu yang lama (thuluz zaman). Tidak ada kata praktis dalam menuntut ilmu. Karena ini adalah proses yang panjang, bahkan seumur hidup (long live education).
Kemudian ada permulaan belajar, standar, dan urutannya. Lalu tentang kepasrahan setelah belajar. Di sini pelajar diarahkan untuk bertawakkal, bersikap wara’ dan menyucikan diri dari dosa, sehingga proses belajar dan ibadah berjalan dengan baik.
Keunikan Kitab Ta’lim. Apa itu?
Yang unik adalah bab akhir kitab ini, tentang rezeki. Az-Zarnuji menuliskan beberapa wirid dan doa yang afdhal dilazimkan setiap hari. Zikir tersebut merupakan bentuk rayuan agar Allah melapangkan rezeki. Az-Zarnuji sengaja memasukkan rezeki dalam kitabnya, karena hal tersebut adalah bekal menuntut ilmu. Dengan kelapangan rezeki, seseorang mendapatkan referensi. Kebutuhan dasarnya terpenuhi sehingga tenang dan mudah mendapatkan ilmu.
Apa sajakah wirid yang dimaksud? Jawabannya tentu ada dalam kitab Ta’limut Muta’allim.
Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KH Afifuddin Muhajir, mengatakan kitab Ta’lim banyak diajarkan di pesantren lantaran bisa menjadi pegangan utama santri. “Ta’lim al-Muta’allim itu maknanya mengajari santri cara belajar. Jadi, Ta’lim al-Muta’allim itu lebih pada kitab pegangan santri, bukan kitab pegangan guru,” ujar Kiai Afif.
Selain menjadi pegangan santri, menurut Kiai Afif, ajaran dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim juga sangat penting untuk menjadi pegangan para siswa-siswa madrasah atau sekolah . Apalagi, generasi millenial saat ini memiliki tantangan yang sangat berat kedepannya.
“Di kitab Ta’lim al-Muta’allim menawarkan dua hal sebagai syarat agar santri sukses dalam belajar, pertama adalah cita-cita yang tinggi dan kedua adalah kerajinan atau kesungguhan,” ucapnya.
Dengan kesungguhan belajar, generasi millenial akan mempunyai bekal dan energi yang memadai untuk menghadapi segala tantangan. Mereka membaca buku, menghormati guru dan wasilah ilmu, tekun beribadah, dan semangat mencari rezeki.
Mereka terhindar dari tawuran, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan segala perbuatan tak bermanfaat yang akhir-akhir ini sering dilakukan para pencari ilmu.
“Kitab Ta’lim juga mengajarkan bagaimana menghormati ilmu. Jadi, tekanannya adalah takzim kepada ilmu dan sebagai konsekuensi takzim kepada ilmu adalah takzim kepada orang yang punya ilmu,” kata Kiai Afifuddin.
Setelah mendapatkan ilmu, para siswa harus memahami, bahwa cahaya Allah bukan untuk dipamerkan, tidak pula untuk modal kesombongan, melainkan diamalkan, dan disebarluaskan kepada orang lain dengan arif. Dengan begitu, ilmu menjadi energi yang menerangi cahaya iman dan takwa dalam hati.
Judul : Ta’lim Muta’allim
Penulis : Syekh Burhanul Islam az-Zarnuji
Genre : Agama / Humaniora
Penerbit : Turos Pustaka Tahun Terbit : Cetakan 1, Juli 2021
Jumlah Halaman : 229+126
ISBN : 978-623-7327-56-1