“As-shabru khilatun liman la khilata lahu”. Sabar adalah jalan keluar bagi orang yang tidak memiliki jalan keluar. Ketika Nabi Ayub as ditimpa masalah yang tidak terpecahkan, berupa penyakit kotor, kemiskinan, dan pengasingan selama 18 tahun, ia mengatasinya hanya dengan sabar. Nabi Ayub tak melakukan apapun, bahkan tak meminta Allah mengangkat penyakitnya. Ayub menikmati cobaan, menyabarinya, dan membiarkan waktu menyelesaikan segalanya. Pada akhirnya terbukti, kesabaran adalah ultimate solution.
Masalahnya, kebanyakan orang tak memiliki cukup kesabaran dalam mengurai masalah. Bila ada problem dalam hidup, inginnya cepat selesai dalam satu kali gebrakan. Tidak adanya sifat sabar inilah yang memancing frustrasi hingga salah melangkah. Padahal dengan cara ditunggu, tak ada persoalan yang tak selesai. Cobaan itu datangnya dari Allah dan Dia sendiri yang akan mengangkatnya. Hidup itu penuh derita, manusia tinggal menjalani saja setiap tahapannya. Tak usah berharap keajaiban atau solusi instan.
Di dunia ini, salah satu yang selalu mengingatkan kita tentang semua hal adalah Mahfuzat. Mahfuzat adalah rangkaian kata mutiara Arab yang penuh inspirasi dan memotivasi. Dalam buku yang dirilis penerbit Rene Islam, sebanyak 2000 entri kata-kata bijak dihimpun dalam sebuah buku setebal 370 halaman. Isinya menyangkut hampir semua aspek kehidupan manusia. Setiap poin mengandung pesan moral yang bisa menyemangati, menguatkan, menggugah, dan menginspirasi.
Kata mutiara itu bukan kata-kata biasa. Ia bukan mantra, bukan doa, tetapi memiliki kekuatan menggerakkan jiwa. Meski hanya rangkaian diksi yang membentuk kalimat, ia bukan statement datar yang kosong. Selain bahasanya indah, ia memiliki logika, mengandung pesan mendalam, dan sarat nilai-nilai. Untaian pesan indah dan makna mendalam inilah yang menjadi alasan mengapa ia harus dijaga. Dalam bahasa Arab, Mahfuzat berasal dari kata hafiza (menjaga). Ia merupakan bentuk isim maf’ul yang artinya “Sesuatu yang dijaga”.
Mahfuzat pada umumnya bukan ayat al-Qur’an atau hadis, meski dalam buku ini banyak entri yang berasal dari keduanya sebagai pengkayaan. Banyak pula entri yang berasal dari perkataan tokoh-tokoh yang jelas, seperti para sahabat Nabi dan tokoh-tokoh pemikir Islam. Misalnya: “Sawabiq al-himam la tuhriqu aswara al-aqdar” (Semangatmu yang menggebu-gebu tidak akan dapat menembus benteng takdir – Athaillah As-Sakandari).
Meski berbahasa Arab dan sarat pesan serta idiom religi, mahfuzat secara umum hanya maqalah atau perkataan orang bijak. Bangsa Arab sangat menyukai kata-kata yang indah dan kuat, meskipun saat itu budaya tulis menulis belum bagus. Maka dari itu di antara orang-orang yang berpengaruh di jazirah Arab adalah penyair dan orang bijak yang perkataannya kuat.
Kata-kata bijak bestari ini terus dijaga dan menjadi inspirasi dalam pranata sosial. Dalam sejarah bangsa Arab, salah satu sumber ilmu yang menjadi sarana pendidikan publik paling efektif adalah kata-kata mutiara itu. Kata mutiara itu menjadi kredo atau pedoman hidup yang dihafal, diyakini, dan diamalkan.
Formatnya statement satu-dua kalimat baik berbentuk kalimat tunggal atau silogisme. Terkadang berupa syair. Yang pasti isinya selalu nilai-nilai luhur dalam kehidupan, seperti tentang persahabatan, kejujuran, perjuangan, ilmu, akhlak, dan lain-lain. Meski kalimat-kalimat itu masyhur, namun biasanya pencetusnya anonim. Ia diambil dari perkataan siapapun, tidak jelas asal muasalnya. Kalimat itu pun tak memiliki penjelasan. Sebagian memang sudah sangat jelas maksudnya, sebagian lagi terserah subyektifitas penggunanya. Misalnya “Dua pedang tak dapat berada dalam satu sarung,”.
Selain dapat menjadi pegangan dan prinsip hidup, kata-kata mahfuzat ini secara praktis dapat menjadi referensi untuk mengambil keputusan dan menguatkan mental setelah menjalani keputusan itu. Misalnya ini: بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ “Baidlatu al-yaumi khairun min dajaajati al-ghadi”. Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari.
Sesungguhnya sejarah itu berulang. Manusia mengalami situasi-situasi yang kurang lebih sama, dengan varian cerita yang berbeda sesuai zaman. Tetapi kata-kata mutiara ini selalu relevan dengan segala situasi dan zaman, karena ia berada di ruang substansi. Apalagi nilai-nilai moral, tak pernah lekang oleh waktu dan senantiasa berguna.
Mahfuzat atau kata mutiara Arab ini tak ubahnya semboyan-semboyan hidup yang didedikasikan untuk membangun karakter luhur generasi bangsa. Di lingkup pendidikan Islam, mahfuzat diajarkan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah, setingkat SD dan SMP. Kalimat-kalimat yang diyakini dapat membangun budi pekerti, keyakinan, dan kekuatan mental itu dihafalkan dalam jumlah tertentu secara selektif, dipilih yang mudah diucapkan. Yang paling populer salah satunya: “Man jadda wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.
Judul: Mahfuzat
Penulis: Tim Rene Islam
Penyunting: Agus Khudlori, Yodi Indrayadi, Anis Maftukhin
Genre: Pendidikan
Edisi: Cet 2, Mei 2021
Tebal: 370 Halaman
ISBN: 078-602-1201-87-9