Ketika nyantri di Pesantren Lirboyo, Kediri, KH. Maimoen Zubair alias Mbah Moen mengalami kejadian unik. Saat itu pada tahun 1940-an, sekira jam 11.00 pagi, ada suara memanggil namanya. Suara yang hanya didengar sendiri oleh Maimoen muda ini arahnya dari kuburan dekat pondok.
Setelah dicari sumber suara itu, yang memanggil ternyata seorang petani, berpakaian usang dan bercaping. Tanpa mengenalkan diri, si petani langsung bicara. “Kamu cinta sama saya, saya juga cinta sama kamu. Gusti Allah menjamin nantinya.” Setelah bicara, ia mendoakan Maimoen cukup lama dan diaminkan.
Begitu usai berdo’a si petani langsung menghilang dan Maimoen kembali ke pondok. Ia tahu, yang barusan mendoakannya adalah Nabi Khidir. Tidak lama setelah itu, Maimoen sowan kepada KH. Hamid Pasuruan, seorang wali yang terkenal karamahnya.
Sesampainya di rumah Kyai Hamid, sebelum ia mengatakan sesuatu, tuan rumah langsung berkata: “Saya sudah tahu. Ini tadi baru saja dikasih kabar Nabi Khidir. Sekarang saya pesan kamu, yang hati hati ya!” ujarnya. Kisah ini diceritakan oleh KH. Mahrus Aly (alm), pengasuh pesantren Lirboyo, Kediri, tempat Maimoen muda mondok. Kepada Kyai Mahrus lah, Maimoen pertama kali mengadukan tentang kejadian ini.
Kontak langsung dengan Nabi Khidir adalah fenomena yang masih sering terjadi hingga saat ini. Sebagian orang-orang saleh berkesempatan bertemu dengan penguasa lautan ini atas permintaan atau didatangi sendiri. Meski kebanyakan mereka merahasiakan pertemuan dengan Nabi Khidir, namun bocoran singkat tentang itu masih banyak beredar.
Nabi Khidir adalah salah satu dari Nabi Allah yang hidup di masa kekuasaan Raja Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great. Mereka hidup semasa dengan Nabi Ibrahim, sekitar tahun 2.000 sebelum Masehi. Setelah era kehidupan awalnya, Nabi Khidir diberi kekekalan hidup sehingga terus eksis di dunia sampai sekarang
Bersama Nabi Ilyas, Khidir diberi panjang umur hingga akhir dunia nanti untuk menjaga bumi. Nabi Khidir ditugaskan di laut, dan Nabi Ilyas ditugaskan di darat. Konon ada empat Nabi Allah yang diberi kehidupan abadi hingga akhir dunia. Dua hidup di langit, dan dua lagi di bumi. Masing-masing adalah Khidir dan Ilyas, serta Isa dan Idris.
Banyak ulama di bumi Nusantara ini yang pernah bertemu Nabi Khidir. Namun beliau hanya akan menemui siapa saja yang ingin ditemui. Kepada ‘pengundang’ yang tak ingin ditemuinya, Nabi Khidir hanya akan lewat atau menampakkan diri saja, atau bahkan tak muncul sama sekali.
KH. Hamid Pasuruan adalah salah satu tokoh yang dikenal sering bertemu Nabi Khidir. Pada suatu ketika, Kyai Hamid mengatakan, besok pagi Nabi Khidir akan datang ke rumahnya, dari pagi hingga zuhur.
Mendengar kabar tersebut banyak orang sowan ke rumah Kyai Hamid untuk dapat bertemu Nabi Khidir. Di antaranya adalah para Kyai terpandang di daerah itu dengan pakaian jubah dan sorban.
Saat para tamu ini berkumpul di ruang tamu, ada seorang pemuda bercelana pendek selutut. Pemuda itu datang ke hadapan Kyai Hamid dan ingin mencium tangan beliau. Namun
Kyai Hamid menolak dan sebaliknya ingin mencium tangannya. Tetapi pemuda pun menolak.
Setelah bersalaman si pemuda langsung keluar ruangan dan mengganti pakaian dengan yang lebih kotor. Ia lalu membersihkan selokan di sekitar kediaman Kyai Hamid, cukup lama sampai waktu zuhur tiba. Begitu azan berkumandang, si pemuda pun pergi.
Seusai salat zuhur, para tamu kembali ke ruang tamu Kyai Hamid. Ada yang memberanikan diri bertanya, apakah Nabi Khidir jadi datang, sementara waktu sudah lepas zuhur? Kyai Hamid menjawab, “Anak muda yang datang kepadanya, lalu membersihkan selokan tadi adalah Nabi Khidir,” katanya.
Dalam buku Rahasia Nabi Khidir yang diterbitkan Turos Pustaka, sosok Nabi Khidir yang misterius diulas tuntas. Mulai ciri-cirinya, silsilahnya, tugasnya, hinga kisah-kisah kemunculannya. Terdapat pula bagian yang cukup panjang mengenai kebersamaan Nabi Khidir dengan nabi Musa as, seperti yang diceritakan dalam al-Qur’an.
Buku 214 halaman ini merupakan terjemah kitab az-Zahru an-Nadir fi naba’i al-Hadir karya Syekh Ibnu Hajar al-Asqalani. Ia menghimpun seluruh referensi yang pernah membahas Nabi Khidir, baik al-Qur’an, hadis-hadis, dan kitab-kitab klasik seperti la-bidayah wa An-nihayah.
Kitab ini adalah salah satu dari sedikit kitab yang membahas tentang jati diri Nabi Khidir dan kiprahnya di dunia. Nama Khidir didapatnya dari kata khadra’ yang berarti hijau. Imam Ahmad mengatakan, ketika Nabi Khidir duduk di atas farwah atau tanah tandus dengan rerumputan kering, tanah itu berguncang dan berubah menjadi hijau. Sebuah hadis mengatakan, nama asli Nabi Khidir adalah Abu Abbas.
Judul: Rahasia Nabi Khidir
Judul Asli: az-Zahru an-Nadir fi naba’i al-Hadir
Penulis: Ibnu Hajar al-‘Asqalani
Penerbit: Turos Pustaka
Penerjemah: Agus Khudlori
Genre: Agama/ Spiritual
Edisi: Cet 1, Oktober 2019
Tebal: 215 Halaman
ISBN: 978-623-7327-22-6