Bagi anda yang ingin bernostalgia dengan Jakarta tempo dulu, buku ini menyajikan salah satu kenangan terindah Jakarta, setidaknya dengan trem-nya. Buku berjudul Trem di Jakarta 1869-1962 ini ditulis oleh Dimas Wahyu Indrajaya pada tahun 2015.
Tentu saja tulisan ini tak lepas dari kecintaan Dimas pada transportasi jenis ini, dan itu mendorongnya menulis skripsi tentang sejarah trem Jakarta yang kemudian menjadi bahan baku buku ini. Sebenarnya buku tentang trem pernah diulas dalam oleh buku berjudul Trams en Tramlijnen: De Elektrische Stadstram op Java (1972) karya Herman Johan Arie Duparc.
Di salah satu sudut buku itu terdapat pembahasan mengenai trem di Jakarta. Buku lain yang membahas tema serupa yaitu Robinhood Betawi : Kisah Betawi Tempo Doeloe karya Alwi Shahab dan Jakarta, Sejarah 400 Tahun karya Susan Blackburn.
Buku-buku itu, menurut Dimas, tak mampu mengisi kekosongan informasi sejarah trem di tahun 1950-an. Pada tahun itu, masa krusial-krusial bagi trem di Jakarta karena adanya nasionalisasi perusahaan. Di trem, ketika itu, banyaknya kriminalitas dan armadanya sudah pada usang.
Untuk itu ia membuat buku sendiri yang lebih komprehensif menyajikan fakta-fakta sejarah tentang kereta jalanan ini.
Apa itu trem? ia berasal dari kata traam atau trum yang berasal dari bahasa Skandinavia kuno yang berarti balok kayu. Kata ini terkait dengan sejarahnya di Eropa, tepatnya di Wales, Britania Raya. Saat itu ada perusahaan trem pertama yaitu The Swansea and Mumbles Railways.
Di kota Swansea inilah untuk pertama kalinya makhluk bernama trem dioperasikan. Kehadirannya sangat dicintai, selain bersifat masal sehingga murah, ia berbasis rel sehingga sedikit guncangan dan lebih cepat.
Perkembangan zaman memunculkan trem listrik yang beroperasi pertama kali di Jerman pada akhir abad ke 19 tepatnya pada 16 Mei 1881. Iniah trem listrik berpenumpang pertama kali, yang memiliki panjang 5 meter, lebar 2 meter, dan berat 4,8 ton.
Lucunya, aliran listrik tidak diambil dari kawat atas, tetapi pada relnya, sehingga para pejalan kaki maupun hewan sering tersengat listrik ketika menyebrang jalan yang terdapat rel trem listrik.
Sepanjang sejarah per-trem-an, ada trem bertenaga kuda, uap, listrik, gas, dan diesel. Ada pula trem berpenggerak manusia yang diaplikasikan di Port Arthur, Tasmania, Australia pada tahun 1836. Teknologinya jauh dari canggih, yaitu didorong dari empat sisi berbeda yakni dua di depan dan dua di belakang.
Tebak, siapa yang mendorong? Mereka adalah pelaku kejahatan di Australia yang menjadi narapidana di penjara Port Arthur dan kerap melakukan perampokan terhadap penumpang. Trem bertenaga manusia ini kemudian ditutup pada tahun 1877 saat penjara Port Arthur ditutup di tahun itu.
Buku ini juga menjelaskan sejarah trem di San Francisco, Istanbul, hingga Singapura dan Malaysia. Pengoperasian trem di Singapura didahului oleh dibentuknya Singapore Tramway Company yang berbasis di Kota London, Inggris pada tahun 1882. Dua tahun kemudian material untuk pembangunan jalur trem didatangkan langsung dari Inggris dan Skotlandia.
Trem di Jakarta
Di Batavia atau Jakarta pada abad ke 19 dan abad ke 20, trem menghubungkan Pasar Meester Cornelis yang menjadi pusat buah-buahan, dan Pasar Ikan di Kramat. Trem di Batavia pertama kali di usulkan oleh J. Babut du Mares, warga keturunan Eropa. Hal itu termuat di surat kabar Java Bode pada 15 Desember 1860.
Sembilan tahun kemudian, tepatnya 20 April 1869, trem yang ditarik dengan kuda diresmikan dan dijalankan di atas rel yang memiliki lebar jalur rel 1.188 milimeter. Satu trem bisa lewat lima hingga enam menit sekali dengan jam operasional dari pukul lima pagi hingga delapan malam. Tarifnya yang semula 15 sen untuk trayek Kramat-Meester menjadi hanya 10 sen karena penumpang tak banyak.
Batavia adalah kota pertama di Asia yang mengoperasikan trem. Trem kuda ruoanya banyak masalah di sini. Ukuran kuda lokal yang lebih kecil daripada kuda-kuda di negara pembuat trem menjadi problem tersendiri. Setiap pekannya sepuluh ekor kuda kecil Sumbawa yang menarik trem itu mati.
Trem kuda mulai kehilangan pamor pada 1880-an sejak munculnya trem uap (stoomtram). Perkembangan teknologi steam tramway engine yang lebih maju membuat trem kuda perlahan dihentikan pelayananya. Trem uap mulai beroperasi pada 1 Juli 1883 dan beroperasi setiap 15 menit sekali mulai pukul 05.45 hingga 18.30. Trem uap beroperasi di daerah Batavia Lama-Harmoni.
Ternyata trem uap ini menimbulkan kesenjangan sosial karena kelas satu dengan tarif 25 sen untuk penumpang orang Eropa sedangkan kelas dua untuk China, Arab, atau India dengan tarif 20 sen. Klasifikasi rasis ini jelas membuat tak nyaman.
Trem dengan segala kisahnya ditutup total pada tahun 1960-an. Kala itu, pemerintah mendatangkan armada bus menggantikan trem. Belum resmi dihapus, trem yang sedang mengangkut banyak penumpang tiba-tiba terbakar karena konsleting saat berhenti di Jalan Veteran, depan Hotel Dharma Nirmala.
Pada 15 Maret 1960, trem secara faktual sudah berhenti menyapa pelanggannya. Dalam artikel Star Weekly yang terbit pada 26 Maret 1960 berjudul “Trem Kota Djakarta akan Tamat Riwajatnja”, berbagai alasan diungkap, terutama soal kemacetan lalu lintas hingga armadanya tak layak beroperasi.
Setelah 93 tahun memberikan pelayanan, trem kota Jakarta tutup usia pada 1962 Sebelum pesta olahraga Asia, Asian Games dimulai. Namun pada tahun itu, trem di Surabaya masih bertahan hingga masa pemerintah Orde Baru.
Buku Trem di Jakarta ini di ulas sangat lengkap, termasuk kliping koran kala itu. Terdapat display foto trem dari masa ke masa sehingga menyeret pembaca bernostalgia ke masa yang telah silam.
Judul Buku : Trem di Jakarta 1869-1962
Penulis : Dimas Wahyu Indrajaya
Edisi : Tahun 2021
Genre : Sejarah
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Jumlah halaman : 336
ISBN :
Diresensi oleh Jakarta Book Review