“Nikah nggak sesederhana yang lo bayangin. Hanya karena lagi musim nikah, lu malah ikut-ikutan…”
Saat Friska jatuh hati dan mulai pacaran dengan Aby, mata dunia langsung tertuju padanya. Teman-teman mengecapnya naif karena memilih pasangan secara serampangan. Aby, duda beranak satu, bukanlah pilihan ideal menurut kacamata umum.
Sudah begitu, antara Friska dan Aby ada seribu rintangan. Sementara menjalin hubungan dengan Friska, Aby masih belum bisa move on dari figur almarhumah istrinya. Hubungan Aby dengan El, anak semata wayangnya juga semakin hambar. Dalam sudut hatinya, Aby masih menyalahkan El terkait kepergian ibunya.
Mau gak mau ini menjadi problem bagi Friska. Ia harus mendapatkan hati El agar hubungannya dengan Aby tak ada resistensi. Sementara El sendiri sudah kehilangan asa kepada ayahnya. Meskipun yang meninggal ibunya, El merasa telah kehilangan kedua orang tuanya sejak lahir.
Sebagai gadis 22 tahun yang sebenarnya butuh figur pengayom, ia harus memosisikan diri sebagai ibu pengganti bagi El, anak berusia 5 tahun yang terus merasa bersalah atas kematian sang ibu.
Orang seperti Aby tak pernah mengalami masalah finansial. Gajinya lebih dari cukup untuk sekadar hidup sejahtera secara materi. Namun Friska sadar bahwa materi bukanlah satu-satunya hal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah keluarga.
Problem psikologis justru lebih sulit dipecahkan daripada hanya sekadar uang. Kini Friska harus mampu menyadarkan Abi bahwa kepergian mantan istrinya bukan kesalahan El. Abi pun harus segera sadar bahwa sikap dinginnya membuat El merasa takut kepadanya.
Ketika Friska masuk ke keluarga Aby, ia segera tahu ada fragmen yang hilang dalam keluarga ini, yaitu figur ibu. Dengan sekuat tenaga ia mencoba menyatukan jiwa-jiwa yang retak di keluarga ini.
Friska berjuang membuktikan kepada teman dan keluarganya bahwa ia serius untuk menikah. Saat hubungan sedang indah, seharusnya ia banyak menghabiskan waktu bersenang-senang bersama. Tetapi ia ikhlas menjadi penjaga hati bagi Abi dan El, agar keluarga ini harmonis kembali.
Berhasilkah Friska mendapatkan pernikahan impiannya? Apakah Abi dan El dapat membalut luka hati dan menggantikannya dengan rasa cinta sebagai keluarga?
Melalui novel Be My Wife, Jihandvra sukses menunjukkan titik-titik krusial sebuah pernikahan. Cerita yang dibangun cukup berliku-liku, dilematis, tetapi banyak memberi pelajaran. Jihandvra adalah penulis Wattpad yang telah berhasil mengangkat tiga karyanya ke versi cetak. Novel Be My Wife merupakan spin off dari novel pertamanya yang berjudul Galaksi Andromeda. Karyanya yang lain bisa dilihat di akun Wattpadnya @Skangwr.
Menerapkan Standar Ideal pada Orang Lain
Jihandvra dengan apik mengungkap perspektif tokoh lainnya. Teman-teman Friska, yaitu Mora, Nadia, dan Karen, memiliki kriteria pasangan ideal masing-masing. Awalnya sahabat-sahabat Friska ini mencoba menyadarkan Frsika tentang arti pernikahan. Menikah itu peristiwa sakral yang harus dilakoni saat seseorang sudah mengerti dan siap dengan konsekuensinya.
Jangan terbawa arus, karena nikah bukanlah perlombaan untuk menyamakan status sosial dengan yang lain. Dari mereka muncul perdebatan sengit mengenai sosok pendamping sempurna bagi seorang gadis.
Namun waktu membuktikan, siapa yang lebih pintar. Kepada para sahabatnya Friska telah membuktikan bahwa Abi adalah sosok yang tepat. Yang lebih spektakuler, Friska sukses menanamkan paradigma berpikir jernih tentang sosok pendamping ideal.
Idealisasi tentang jodoh, bagi Friska bukanlah pangeran tampan yang sempurna. Jodoh adalah pasangan yang bisa menerima apa adanya dan kita bisa menerima apa adanya. Friska, yang semula menjadi sasaran kritik, kini menjungkirbalikkan pemikiran kawan-kawannya, sehingga mereka mengambil langkah drastis.
Judul: Be My Wife
Penulis: Jihandvra
Penerbit: Reneluv Publishing
Genre: Fiksi Romance
Edisi: Cetakan I 2021
ISBN: 978-623-6083-12-3