Jumat, 10 Oktober 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Menjadi Pribadi Otentik, Bukan Imitasi Orang Lain

Oleh Mujib Rahman
15 November 2021
di Resensi
A A
Resensi Buku Berdamai Dengan Diri Sendiri Mutha Sayekti Psikologi Corner Yogyakarta Reseni oleh Jakarta Book Review

Resensi Buku Berdamai Dengan Diri Sendiri Mutha Sayekti Psikologi Corner Yogyakarta Reseni oleh Jakarta Book Review

Hidup itu bukan atraksi. Anda tak perlu membuktikan apapun, kepada siapapun. Setiap individu memiliki ciri khas sendiri, dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Begitulah Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda tetapi membentuk siklus sosial yang sinergis.

Buku Berdamai Dengan Diri Sendiri yang ditulis Muthia Sayekti ini memberikan jawaban komprehensif mengenai masalah krisis identitas diri yang terkadang menjadi problem hidup.

Pada dasarnya kekurangan, kesalahan, dan ketidaksempurnaan merupakan bagian inheren dalam diri manusia. Sebenarnya tidak seorang pun memiliki kesempurnaan, seperti yang terlihat dari luar.

Manusia juga diciptakan berbeda satu sama lain. Meskipun semua orang tujuan hidunya kesuksesan, tetapi definisi tentang itu sangat beragam. Pola pikir orang juga beda, pandangannya berbeda, sikap dan reaksinya beda. Maka dari itu mengekor pribadi orang lain adalah kenaifan tingkat tinggi.

Berdamai dengan diri sendiri

Dalam kehidupan yang progresif, perkembangan zaman dan teknologi berimplikasi pada perubahan tren dan pranata sosial. Misalnya saat demam K-Pop melanda, kiblat mode berubah, lalu definisi ‘cakep’ pun berubah. Karena kiblatnya adalah Korea, makan kata ‘cakep’ jadi identik dengan wajah tirus oriental, kulit putih, rambut hitam, dan kurus.

BACA JUGA:

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

Dengan asumsi tersebut, orang yang memiliki ciri di luar itu dipaksa melabeli diri dengan ‘jelek’. Ini jelas tidak fair. Bila hal-hal seperti ini diikuti, pada akhirnya menimbulkan sindrom krisis identitas, yang berbuntut berbagai hal negatif, seperti ketidaknyamanan dan hilangnya perasaan damai dalam diri.

Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kekurangan sering dikaitkan dengan nasib. Ini salah besar. Yang memiliki pengaruh pada nasib adalah perbuatan di masa lalu, bukan kekurangan kodrati.

Tanamkan mindset pada diri Anda bahwa kekurangan adalah rahmat. Banyak orang cacat yang mencetak prestasi dunia, karena mereka tidak melihat kekurangan sebagai kartu mati. Contohnya Nick Vujicic, seorang motivator kondang yang terlahir tanpa kedua tangan.

Tak bisa dipungkiri, orang suka menilai, bahkan menjudge secara subyektif. Tentang itu Anda memiliki hak untuk acuh. Acuh ini jangkauannya luas, termasuk pada tren, model pakaian, bahkan pada ekspektasi orang terdekat.

Menurut Muthia Sayekti, sebenarnya berbagai problem tersebut berangkat dari satu persoalan, yaitu hilangnya identitas diri. Maka dari itu jawaban dari persoalan itu sebenarnya hanya tunggal, yaitu berdamai dengan diri sendiri.

Pribadi Otentik

Meski terlihat simpel, namun tak mudah menjadi pribadi yang otentik. Untuk menjadi otentik, orang harus mengenali diri dengan baik. Pengenalan ini diperlukan untuk menggali potensi diri yang terpendam. Hati-hatilah, kepribadian yang otentik dapat pudar karena terlalu banyak mendengarkan omongan orang.

Untuk memberi energi yang kuat pada diri, janganlah berpaku pada hal-hal negatif. Biarkan saja itu ada, tetapi fokuskanlah diri pada hal-hal positif dan peluang.

Tidak ada orang yang sama persis di dunia ini, maka jangan bandingkan dirimu dengan orang lain.

Ketika seseorang mencontoh suatu figur dan tidak dapat mengikutinya, maka akan timbul suatu fenomena yang bernama konformitas. Komormitas akan membuat seseorang merasa kerdil karena tidak sama dengan yang diimpikannya.

Intinya, jadi orang harus otentik. Buku ini mengutip resep Mike Robbins, penulis buku “Be Yourself, because everyone is already taken”, ada lima prinsip dasar yang diperlukan untuk menjadi pribadi yang otentik, yaitu know yourself, transform your fear, express your self, be bold (beranilah), lalu celebrate who you are.

Meskipun identitas diri sudah dipatok di titik tertentu, namun soal mutu, orang harus berubah menjadi lebih baik. Konsep berdamai dengan diri sendiri bukanlah pembenaran atas stagnasi hidup. Bicara soal pribadi otentik itu kaitannya dengan ciri-ciri dan kepribadian, bukan membekukan bakat atau potensi. Bagaimana meningkatkannya? Baca buku ini sampai tuntas.

Muthia Sayekti adalah alumni Sastra Inggris dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Namanya mulai dikenal lewat antologi yang dimuat di buku Mengejar Cahaya Surga. Ini adalah buku keduanya, setelah sebelumnya menulis buku The Art of Listening.

Judul: Berdamai dengan Diri Sendiri Seni Menerima Diri Apa Adanya

Penulis: Muthia Sayekti

Genre: Psikologi

Penerbit: Psikologi Corner Yogyakarta

Edisi: Cetakan I, Maret 2020, Hard Cover

Tebal: 216 Halaman

ISBN 978-623-244-173-6

Diresensi Oleh Jakarta Book Review

Topik: Headline
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Why We Sleep, Mengapa Kita Tidur

Selanjutnya

Buku Tokoh Revolusi DI/TII Aceh Resmi Rilis

Mujib Rahman

Mujib Rahman

Wartawan Senior

TULISAN TERKAIT

Cover buku "The Great Gatsby"

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

9 Oktober 2025
Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Versi Hard Cover pada Buku 3726 MDPL

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

29 September 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Buku Tokoh Revolusi DI/TII Aceh Resmi Rilis

Buku Tokoh Revolusi DI/TII Aceh Resmi Rilis

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Cover buku "The Great Gatsby"

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

9 Oktober 2025
Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Versi Hard Cover pada Buku 3726 MDPL

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

29 September 2025
Poster-poster kegiatan IIBF 2025

IIBF 2025: Upaya Peningkatan Literasi dan Tantangan Industri Penerbitan Buku di Indonesia

24 September 2025
Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

22 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In