Sabtu, 17 Mei 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Memaafkan Ketidaksempurnaan Menerima Diri Apa Adanya

Oleh Siti Khotijah
2 November 2021
di Resensi
A A
Buku Tak Apa-Apa Tak Sempurna (Foto: carousell.com)

Buku Tak Apa-Apa Tak Sempurna (Foto: carousell.com)

Semua orang pasti ingin tampil dan membuat sesuatu dengan sempurna. Sayangnya, kesempurnaan adalah standar yang akan membuat Anda gila dalam mengejarnya. Lantas, bagaimana berdamai dengan ketidaksempurnaan?

Buku The Gifts of Imperfection karya Brene Brown mengajak pembaca memahami ketidaksempurnaan dengan cara yang realistis. Buku yang dirilis pertama kali di Indonesia pada 5 Agustus 2020 oleh Gramedia ini berisi 10 “Tiang Petunjuk”, masing-masing berisi kebiasaan yang harus ditumbuhkan dan yang harus dilepaskan.

Buku setebal 217 halaman ini merupakan hasil riset Brene Brown, seorang periset wanita dari Universitas Houston. Awalnya ia berfokus pada topik perasaan malu. Sampai pada satu titik ia menyadari bahwa, lebih penting mencintai diri sepenuh hati dengan menerima keadaan apa adanya.

Brown paham betul pada dasarnya mencintai diri sepenuh hati berarti harus menyingkirkan rasa perfeksionis. Karena, berusaha terlihat sempurna memiliki dampak destruktif. Perilaku perfeksionisme sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, termasuk merasa tidak bahagia dan tidak puas (disforia). Pelakunya sering merasa rendah diri yang berlebihan, gangguan makan, insomnia, hingga gangguan obsesif kompulsif.

Bersikap perfeksionis tidak menjadikan diri lebih baik. Terkadang orang malah melakukan kamuflase untuk bisa terlihat sempurna. Dalam kasus yang akut, seorang perfeksionis selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, bahkan menebar kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.

BACA JUGA:

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

Perfeksionisme justru menjadi watak yang menghancurkan diri dan membuat kecanduan. Perfeksionisme bersifat toxic karena ketika orang merasa malu, dihakimi, dan disalahkan maka ia merasa harus tampil sempurna.

Pemilik sifat perfeksionis harus mulai membangun kepercayaan, bahwa pada dasarnya tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan secara konsisten adalah sebuah tujuan yang tidak mungkin dicapai. Semua orang menginginkan kesempurnaan karena terpikat konotasi positif dari kata “sempurna”. Namun, menjadi perfeksionis itu merugikan kesehatan mental, karena orang menjadi terlalu ambisius untuk mengejar ilusi kesempurnaan.

Buku ini mengajak pembacanya memahami ketidaksempurnaan dengan cara memahami hakekat manusia yang diciptakan tidak sempurna. Pemahaman itu diwujudkan dengan menumbuhkan 10 kebiasaan baik dan menghindari 10 asumsi yang menyesatkan.

Judul Buku: The Gifts of Imperfection (Tak Apa-Apa Tak Sempurna)

Penulis: Brene Brown

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 220 Halaman

Cetakan I : 27 Agustus 2010

ISBN : 978-159-285-849-1

Topik: Headline
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Unjuk Kemampuan Diri Lewat Antologi Cerpen

Selanjutnya

Singapura Larang Penerbitan Buku ‘Red Lines’

Siti Khotijah

Siti Khotijah

Redaktur Jakarta Book Review

TULISAN TERKAIT

Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025
CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

15 April 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Singapura Larang Penerbitan Buku ‘Red Lines’

Singapura Larang Penerbitan Buku ‘Red Lines’

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

22 April 2025
Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

22 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025
Ksatria JEDI Bernama Farhan Helmy dan Sepenggal Kisah tentang Pembiayaan Inovatif untuk Disabilitas dan Lansia

JEDI Knight Farhan Helmy and a Story of Innovative Financing for the Disability and Elderly

21 April 2025

© 2024 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In