IMAN, Iman, Moral, Amal, Nasionalisme
Bandung – Penulis produktif dari penerbit Republika, Saiful Falah merilis buku bertajuk “Iman”, Rabu (12/1/2022). Ada yang lain dari peluncuran buku ini, karena sang penulis memilih bioskop sebagai tempat prilisan buku terbarunya tersebut.
Peluncuran buku ke-17 rektor Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor ini bertempat di salah satu bioskop di Cinepolis Keboen Raya Plaza Bogor. Dalam acara ini sekaligus ada bedah buku dengan pembicaranya Maman Suherman atau biasa dipanggil Kang Maman. Ia adalah alumni jurusan Ilmu Kriminologi Universitas Indonesia dan pernah menjadi jurnalis pada tahun 1998 sebagai reporter dan sempat menjabat sebagai pemimpin redaksi di Kelompok Kompas Gramedia.
“Ini adalah pengalaman pertama saya menghadiri acara peluncuran buku di bioskop yang awalannya dengan tahlil dan doa bersama,” ungkap Kang Maman saat membedah buku.
Penulis dan penggiat literasi ini juga menambahkan, ide dan konsep peluncuran buku ini luar biasa, menarik sekali. “Tidak kalah seru dengan isi bukunya,” ujarnya.
Buku ini diluncurkan dalam rangka memperingati satu dekade Saiful Falah berkarya dalam dunia kepenulisan sekaligus menambah pegangan wajib bagi para generasi milenial dalam menggapai kehidupan yang bahagia. Buku ini juga memberikan pelajaran kepada pembacanya untuk kuat dalam menghadapi badai kehidupan. Dengan adanya iman dalam diri, maka manusia mampu menjalani kehidupan dengan penuh makna.
“IMAN merupakan uraian dari Iman, Moral, Amal, dan Nasionalisme. Iman adalah kesaktian yang mengantarkan umat manusia terlahir ke dunia. Kesaktiannya harus diperkuat dengan ilmu. Tanpa ilmu, ia hanya sekedar ada. Ilmu pun tidak boleh berdiri sendiri, harus ada yang menahannya, yaitu moral,” ungkap Saiful Falah.
Ia juga menambahkan, moral harus terhias dengan amal. Semakin banyak kebaikan semakin baik kualitas keimanan. Ia mengibaratkan ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah, moral tanpa amal bagai benteng tanpa kebun. Amal menghidupi iman sebagaimana air menghijaukan rerumputan.
Ia menambahkan juga makna nasionalisme. “Hubbul wathon minal iman. Cinta tanah air adalah refleksi keimanan. Semakin besar gelombangnya, semakin patriotik seseorang. Ia selalu berusaha untuk memberi kontribusi kepada negara bukannya mencari keuntungan,” pungkasnya. (ST/JBR)