Sabtu, 20 September 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Ulama Jomblo: Antara Warisi Ideologi dan Biologi

Oleh Erdy Nasrul
4 November 2022
di Resensi
A A

Fahruddin Faiz dalam menyampaikan prolog dari buku ini merasa malu dan tidak pantas. Selain beliau sudah menikah, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Fahrudin Faiz masih dangkal. Jauh dari kata dekat ketimbang ulama-ulama yang disebutkan dalam buku ini.

Menikah adalah sesuatu yang memang dianjurkan dalam agama. Manusia yang memiliki hawa nafsu dan agar tidak jatuh zina, maka agama memberi wadah untuk menyalurkan hasrat atau nafsu yang dimiliki manusia. Dengan menikah, manusia bisa meneruskan keturunan yang shaleh, mempelajari islam dari para leluhur dan menyampaikannya pada generasi berikutnya.

Mafhum diketahui bahwa pernikahan adalah urusan fundamental dan kebutuhan pokok hidup manusia. bahkan ada salah satu hadits menyatakan dengan tegas bahwa menikah adalah bagian dari kesunnahanku, barang siapa tidak suka sunnahku, maka tidak termasuk dari kelompokku. Pertanyaan sedernhana yang muncul di benak kita adalah apakah para ulama yang notabane-nya adalah penerus Nabi tidak senang dengan sesuatu yang sngat dianjurkan oleh Nabi. seolah-olah, ini bertentangan dengan posisi mereka yang disebut dengan ulama.

Buku ulama jomblo

Kehadiran buku ulama jomblo yang diterjemah dari kitab al-ulama’ aluddzab alladzina atsaru al-ilma la al-zawaj karya Abdul Fattah Abul Ghaddab memaparkan sekelumit kisah dan alasan para ulama tidak menikah. Pilihan untuk membujang atau tidak menikah bukan sembarang pilihan, mereka bukan tidak paham mengenai hukum menikah yang sangat dianjurkan oleh agama. Akan tetapi, mereka lebih memilih memendam keinginan duniawi demi ilmu pengetahuan.(6)

Sebelum membahasa para tokoh, penulis menyebutkan manfaat dan mudharat dalam pernikahan. Jomblo seumur hidup adalah pilihan bukan nasib. Mereka memilih untuk diri mereka sendiri dengan kecerdasan mata hati. Keutamaan mencari ilmu, menurut mereka, lebih unggul ketimbang kebaikan pernikahan. Mereka memprioritaskan perintah satu dari pada perintah lainnya.

BACA JUGA:

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Autocracy Inc: Buku yang Menggambarkan Rusaknya Demokrasi

Bullshit Jobs: Sebuah Buku untuk Mengenal Pekerjaan yang Sia-Sia

Menemukan Alasan Hidup dari Buku “Semoga Kamu Bisa Tersenyum Hari ini”

Para ulama membujang disebabkan karena kerinduan dan kecintaannya yang dalam terhadap ilmu pengetahuan. Mereka mengumpulkan, menyebarkan serta membukukan ilmu agar ilmu tersebut semakin berkembang biak menempati posisi ruh dan jasad. Kedua, terlepas dari kebaikan dan keutamaannya, para ulama menilai bahwa pernikahan mengurangi waktu merka untuk mencari yang luhur dan mulia. Mereka juga beranggapan bahwa pernikahan adalah batu sandungan yang dapat menghambat laju mereka dalam mencari ilmu. Mereka lebih memprioritaskan keuatamaan yang universal ketimbang urusan pribadi.

Anjuran jomblo

Dalam kitabnya, al-Hafidz al-Katib al-Baghdadi menganjurkan bagi para penuntut ilmu untuk menjomblo sebisa mungkin, agar kesibukan kewajiban-hak suami-istri dan mencari nafkah tidak memotong proses kesempurnaan mencari ilmu.” (23)

Misal, dari 24 jam sehari-semalam, sebagaimana yang disebutkan oleh Abu al-Hasan bin al-Ithar, Imam Nawawi menghabiskan waktu belajar dua jam pelajaran kitab al-wasit, satu jam kitab muhaddzab, satu jam pelajaran kitab al-jam’u baina al-shahihain, satu pelajaran kitab shahih muslim, satu pelajaran al-luma’, satu jam tashrif, satu jam ushul fiqih, satu jam perlajaran tentang ulum al-hadits dan satu jam ilmu ushul al-din atau akidah.(130) Maka, dapat dipahami bahwa imam Nawawi benar-benar tidak sempat untuk memikirkan pernikahan sama sekali karena kecintaan dan keinginannya untuk terus belajar.

Ada banyak tokoh yang diceritakan dalam buku ini ulama yang memilih membujang sampai akhir hayatnya. Imam Nawawi, Ibnu Taymiyah, Syekikh Basyir al-Ghazzi (ulama fiqih), ibn Jarir al-Thabari, al-Zamakhsyari (mufassir) al-Sijzi (ahli astronomi) adalah sederet ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya. Sejarah mencatat bahwa mereka benar-benar sibuk mencari ilmu, menulis dan menyebar luaskannya.

Para ulama lebih memilih untuk mewarisakan ideologi ketimbang warisan biologi. Meski sama-sama meninggalkan pahala, namun para ulama lebih condong dan cenderung mengutamakan warisan ideologi ketimbang warisan biologi. mereka lebih mengedepankan warisan teladan, keluhuran akhlak dan karya yang bisa dinikmati para generasi berikunya.

Buku : Ulama Jomblo (rela tidak beristri demi ilmu)
Penulis : Abdul Fattah Abu Guddah
Penerjemah : Yayan Mushthafa
Penerbit : Penerbit Kalam
ISBN : 978-602-35746-8-5
Terbitan : Maret, 2020
Peresensi : Musyfiqur Rozi

Topik: ilmuulama
SendShareTweetShare
Sebelumnya

IIBF Harus Menginternasionalisasikan Buku Indonesia

Selanjutnya

Tuah Islam Bagi Jagat Raya: Manifestasi Rahmat Islam Bagi Sekalian Alam

Erdy Nasrul

Erdy Nasrul

Pegiat literasi

TULISAN TERKAIT

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Autocracy Inc: Buku yang Menggambarkan Rusaknya Demokrasi

Autocracy Inc: Buku yang Menggambarkan Rusaknya Demokrasi

1 September 2025
Bullshit Jobs: Sebuah Buku untuk Mengenal Pekerjaan yang Sia-Sia

Bullshit Jobs: Sebuah Buku untuk Mengenal Pekerjaan yang Sia-Sia

27 Agustus 2025
Menemukan Alasan Hidup dari Buku “Semoga Kamu Bisa Tersenyum Hari ini”

Menemukan Alasan Hidup dari Buku “Semoga Kamu Bisa Tersenyum Hari ini”

22 Agustus 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Tuah Islam Bagi Jagat Raya: Manifestasi Rahmat Islam Bagi Sekalian Alam

Tuah Islam Bagi Jagat Raya: Manifestasi Rahmat Islam Bagi Sekalian Alam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Cover buku dan film La tresse

Buku “La tresse” Karya Laetitia Colombani akan Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

15 September 2025
Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

11 September 2025
Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

10 September 2025
Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

4 September 2025
AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

2 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In