Kalimantan dalam Berbagai Aspeknya
Buku yang berjudul “Mitos, Mitigasi, dan Krisis Iklim: Membaca Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam” mungkin tampak terasa berat karena menggabungkan cerita tradisional dengan fenomena modern. Namun, di situlah letak kekuatannya. Buku ini berusaha mempertemukan kisah lama dengan persoalan masa kini. Pesannya jelas: mengingatkan kita tentang hubungan manusia dengan alam, pentingnya pengetahuan lokal masyarakat adat, dan banyaknya kearifan adat yang punya relevansi dengan sains ketika dunia sedang mencari-cari cara yang mungkinkan untuk mengatasi masalah bersama seperti krisis iklim.
Penulis mengawali buku ini dengan memperkenalkan kisah Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam sebagai pintu masuk memahami hubungan antara mitos, alam, dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Buku ini memang membahas bagaimana narasi mitologis dapat dibaca ulang sebagai bentuk kesadaran ekologis yang tumbuh dari pengalaman hidup masyarakat setempat. Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana kearifan lokal yang terbungkus dalam cerita tradisional, dapat berperan sebagai landasan etis dan kultural dalam menghadapi krisis iklim yang sering terdengar, namun tidak semua orang memahaminya.
Bab pertama berjudul Kalimantan: Keyakinan, Budaya, dan Iklim memiliki arti penting karena menyajikan fakta geografis dan sosiokultural kawasan tersebut, yang memberi pemahaman tentang bagaimana lingkungan, tradisi, dan kepercayaan lokal masyarakat setempat saling membentuk cara pandang mereka terhadap alam dan kehidupan sehari-hari. Bab ini diawali dengan catatan perjalanan penulis ke Desa Adat Kutai Lama yang memuat pengamatan langsung tentang kisah, tempat, dan tradisi yang hidup di sana, serta bagaimana hal-hal tersebut membentuk kedekatan masyarakat dengan alam sekitar mereka.
Melalui contoh dari suku Dayak, Banjar, dan Kutai, bagian berikutnya menjelaskan bagaimana hubungan panjang masyarakat Kalimantan dengan alam sekitarnya melahirkan mitos yang hingga kini masih hidup di tengah mereka, sebagai cerminan dari cara mereka memahami dunia dan keberadaan diri mereka di dalamnya.
Terakhir, di bagian akhir bab, penulis membahas tiga isu utama yang saling berkaitan dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Timur: Sungai Mahakam, iklim, dan perempuan. Bagian ini memberi pemahaman bagaimana alam membentuk cara masyarakat memahami lingkungan hidup dan diri mereka, bagaimana perubahan iklim memengaruhi keseimbangan yang selama ini dijaga mereka melalui tradisi dan kepercayaan lokal, dan bagaimana perempuan menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya, meskipun mereka sering hadir dalam berbagai mitos yang darinya lahir nilai-nilai kearifan lokal masyarakat terhadap alam, khususnya sungai.
Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam: Mitos di Kalimantan Timur
Bab kedua memberikan pemahaman tentang mitos Putri Karang Melenu dan cara masyarakat Desa Adat Kutai Lama terus mengenangnya hingga kini, sehingga sosok sang Putri tetap hidup dalam ingatan dan kehidupan mereka. Melalui bab ini, pembaca diajak memahami mengapa mitos tersebut terus bertahan dalam ingatan kolektif masyarakat, apa maknanya bagi mereka, bagaimana sosok sang putri dihidupkan melalui situs, ritual, dan rupa budaya oleh mereka, serta bagaimana dimensi spiritual yang melandasi seluruh praktik tersebut. Pada bagian ini pula dijelaskan peran penting perempuan dalam perayaan tahunan itu, beserta makna mendalam yang menyertai peran tersebut.
Bab ketiga memberi pesan mengenai arti penting kisah Naga Sungai Mahakam. Bab ini memberi keterangan yang informatif mengenai pemaknaan masyarakat Desa Adat Kutai Lama terhadap Sungai Mahakam dan naga yang mereka yakini sebagai penjaga sungai tersebut. Melalui bab ini pembaca akan mengetahui bagaimana sungai dan naga tersebut dipahami oleh masyarakat tersebut, bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan mereka, dan apa fungsi historis, sosiokultural, dan politis dari mitos-mitos tersebut bagi mereka.
Dari Mitos ke Mitigasi Krisis Iklim
Bab keempat, yang merupakan bab terakhir, mengajak pembaca untuk merefleksikan kembali hubungan antara manusia dan alam melalui nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Desa Adat Kutai Lama. Berpijak pada pendekatan etnografi feminis Shulamit Reinharz yang menekankan keberpihakan dan kepekaan terhadap ketimpangan sosial serta peminggiran kaum marginal dan alam, penulis dalam bab ini mempertanyakan tanggung jawab otoritas terkait terhadap krisis lingkungan di Kalimantan Timur. Dalam konteks krisis iklim yang semakin nyata, penulis menyoroti kerentanan masyarakat adat, terutama perempuan yang kehidupannya sangat bergantung pada Sungai Mahakam.
Lebih jauh, penulis menafsirkan keyakinan terhadap mitos Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam sebagai mekanisme sosial yang mengatur hubungan manusia dengan alam. Penulis berpendapat bahwa mengadaptasi nilai-nilai dari mitos tersebut dapat menjadi alternatif narasi dalam upaya mitigasi krisis iklim. Penulis juga menekankan bahwa menjaga alam memerlukan kesadaran mendasar yang memadukan pembangunan, teknologi, kebijakan, dan peran masyarakat adat dengan rasa keterhubungan dan kasih sayang terhadap alam.
Ulasan
Membaca buku ini butuh konsentrasi tinggi. Bukan hanya karena diksinya yang akrobatik, uraiannya tidak pernah sesederhana sesuatu yang bisa dipahami dalam sekali napas. Dalam kerumitan itulah sang penulis menanamkan legasinya. Yang terpenting, buku ini sangat layak untuk dibaca. Secara umum, narasi buku ini masih dapat memperoleh manfaat dari sedikit pemolesan linguistik dan gaya penulisan. Namun, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai buku ini. Memahami mitos yang tertanam dalam tradisi masyarakat berusia berabad-abad, lalu menyajikannya secara masuk akal bagi pembaca luas, bukanlah tugas yang mudah. Penulis sudah berhasil melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik mungkin, sehingga menjadikan buku ini bacaan yang berharga bagi siapa pun yang tertarik pada tema mitos, masyarakat adat, lingkungan hidup, perempuan, serta isu-isu ekologis dan sosiokultural di Kalimantan Timur.
Identitas Buku
Judul: Mitos, Mitigasi, Krisis Iklim: Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam.
Penulis : Nabillah Kurniati & Dewi Candraningrum
Editor : Dewi Candraningrum
ISBN: 978-623-10-7911-4
e-ISBN: 978-623-10-7912-1
Lukisan Kover : “Ikan Koi” karya Dewi Candraningrum
Pernerbit: CV. SATU SPASI
Cetakan 1, Juli 2025
xii + 104 hlm; 14 x 20 cm
Penulis Resensi: Rahmatullah (Alumnus Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
BACA JUGA: “The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan”