Resensi Buku “Sapiens” oleh Yuval Noah Harari penerbit Kepustakaan Populer Gramedia
Manusia adalah salah satu jenis binatang. Sama dengan semua mahluk hidup lainnya, ia mengalami evolusi sedemikian rupa dari nenek moyang yang sama. Namun jenis “binatang pintar” ini telah mengalami evolusi kognitif yang revolusioner. Dengan evolusi yang lebih ekstrim itu, manusia mencapai level homo sapiens, sebuah varian cerdas tiada tara.
Selain mengalami revolusi kognitif, si sapiens ini memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dan piawai menggunakan tangan serta organ tubuh lain secara luar biasa. Saking cerdasnya si sapiens ini, ia tak hanya pintar mengkomunikasikan hal-hal riil kasat mata, tetapi juga mampu mencerna diskursus metafisik seperti mimpi, angan-angan, dan imajinasi.
Manusia adalah famili jenis homo-homo lain yang lebih bodoh seperti neandertal, homo soloensis, pithecantropus erectus dan sebagainya. Namun homo sapiens telah terlebih dulu memasuki jalur evolusi fantastik, meliputi revolusi kognitif, revolusi agrikultur, dan revolusi saintifik. Ketiga revolusi itulah yang menentukan bagaimana homo sapiens dapat menjadi satu-satunya spesies homo yang bertahan di muka bumi ini.
Yuval Noah Harari dengan cerdasnya bercerita tentang sejarah manusia di masa silam yang jauh dari era dokumentasi. Buku terbitan Gramedia ini membuka cakrawala baru tentang asal mula manusia dengan fondasi Darwinisme. Namun diskusinya lebih luas, tidak hanya tentang biologi dan paleoantropologi tetapi jauh menyentuk spektrum sosiologi antropologi.
Tidak seperti Homo Deus yang lebih bercerita tentang sejarah manusia setelah memasuki era sempurna dan mengubah dunia dengan teknologi, Sapiens ini prequelnya. Buku Homo Deus: A Brief History of Tomorrow (2015) adalah karya lain Yuval Noah Harari yang terbit setahun setelah Sapiens. Buku-bukunya Yuval Noah memiliki rekam jejak best seller dan digemari para tokoh. Buku Sapiens ini misalnya, menjadi bacaan Mark Zuckerberg, Barrack Obama, Bill Gates, dan Jared Diamond.
Kembali ke homo sapiens, revolusi pertanian adalah gebrakan besar pertama yang ditandai dengan berubahnya gaya hidup nomaden menjadi menetap. Tinggal menetap ternyata lebih menguntungkan karena semua hal menjadi bisa didomestikasi. Domestikasi ini adalah kata kunci peradaban baru manusia yang luar biasa, mengingat homo-homo sebelumnya tak pernah mengenal cara ini. Dahulu mereka terus bergerak hanya untuk makanan, dan itu sangat riskan.
Selanjutnya sapiens membentuk koloni-koloni yang berainteraksi satu sama lain secara lebih kompleks. Mereka menciptakan yang namanya uang, sebuah gagasan cerdas untuk alat tukar yang universal. Dengan kesepakatan yang mapan antar sapiens, uang menjadi barang yang sangat berharga dan ia dapat membeli segalanya, termasuk kebahagiaan, harga diri, hukum, dan jauh melampaui ekspektasi pada awalnya.
Kapitalisme kemudian menjadi paham baru yang keberadaannya inheren dengan diri manusia alias sapiens ini. Tetapi kemudian muncul agama, politik, dan berbagai paham seperti nasionalisme, feminisme, liberalisme, dan diikuti dengan konflik-konflik.
Fase paling mengerikan adalah ketika sapiens memasuki revolusi saintifik. Dengan sains ultra modern sapiens tidak hanya dapat mengubah sejarah, tetapi juga dapat menghancurkannya. Sapiens telah pergi ke bulan dan mencipta bom nuklir. Teknologi terbukti telah membantu mereka menjelajahi alam raya dengan lebih masif dan dia memiliki reputasi menghancurkannya.
Hal itu karena revolusi saintifik tidak berjalan sendiri. Naluri purba kapitalisme masuk dan menunggangi. Maka teknologi menjadi rentan menjadi alat pelampiasan nafsu-nafsu keserakahan duniawi. Homo sapiens melawan evolusi natural dengan menciptakan temuan-temuan baru yang pada akhirnya digunakan untuk melawan seleksi alam dengan cara menciptakan berbagai temuan cerdas, seperti rekayasa biologis.
Bila Anda berpikir sapiens ini akan menjadi sombong dan menyaingi Tuhan, kenyataannya memang begitu. Homo Sapiens juga berada pada posisi adikuasa dengan potensi menciptakan dan menghancurkan alam dan hal-hal besar lainnya. Faktanya, sumbangan manusia terhadap keberlangsungan hidup selama ini tidak selalu menghasilkan kebaikan. Kadang apa yang mereka sebut sebagai upaya membangun peradaban malah menciptakan penderitaan kolektif yang lebih besar di bumi.
Bagi pembaca yang masih memegang teguh doktrin genesis atau teori penciptaan yang lebih dogmatis, buku ini tidak cocok diikuti, meski tetap layak dibaca. Sapiens: A Brief History of Humankind ini sangat naturalis da n untuk itu pijakan analisanya adalah teori ilmiah semata. Apakah manusia itu berasal dari kera, ataukah anak turun Adam yang diciptakan khusus oleh Tuhan di alam langit? Jawaban anda akan menentukan seberapa apresiatif pandangan anda terhadap buku ini.
Judul: Sapiens: A Brief History of Humankind
Penulis: Yuval Noah Harari
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Genre: Sejarah
Tebal:554 halaman
Terbit di Indonesia: 2017
ISBN : 9786024244163