Menikah dan memiliki anak adalah impian hampir semua orang normal. Namun tidak semua pasangan dapat meraih impiannya memiliki momongan dengan mudah. Banyak yang harus menunggu bertahun-tahun bahkan hingga belasan tahun untuk memiliki anak. Mereka tak sekedar menunggu tetapi melakukan berbagai upaya, tak terkecuali program bayi tabung.
Seperti yang dialami Devi dan suaminya, Amar (keduanya menggunakan nama samaran). Menikah di usia subur, 22 tahun dan 25 tahun bukan jaminan keduanya segera punya momongan. Waktu yang berjalan cepat dan kesibukan yang padat membuat mereka sempat terlena dengan kesibukan.
Namun pertanyaan demi pertanyaan yang datang dari kerabat jauh dan teman-teman menjadi tekanan tersendiri, dan kadang terasa nyelekit. Karena itu Devi menjadi malas bertemu orang karena pertanyaan yang terlontar padanya tentang kapan punya anak, mengapa belum punya anak dan beberapa pernyataan senada.
Saat mereka datang ke dokter dan melakukan Test, hasilnya normal. Keduanya tak ada yang infertile.
Devi kemudian menjalani HSG (Histerosalpingografi), pemeriksaan sinar rontgen untuk melihat kondisi rahim dan daerah sekitarnya. Dari pemeriksaan itu diketahui ada penyumbatan di saluran ovarium.
Selama enam bulan Devi mengonsumsi vitamin-vitamin yang membuat berat badannya naik lebih dari 10 kilogram. Namun ini belum juga membuatnya segera memiliki anak sehingga ia memutuskan untuk mengadopsi anak sejak anak itu masih dalam kandungan.
Setelah lima tahun berselang, mereka melakukan program bayi tabung. Selama masa program ia harus makan 8 butir telur setiap hari, makanan serba kukus, mengurangi masakan yang mengandung garam dan gula, serta tak boleh makan gorengan sama sekali. Selama itu pula hormon harus diambil tiga hari sekali. Namun semua usaha itu belum membuahkan hasil.
Proses itu dilakukan lagi beberapa bulan kemudian dengan biaya sekitar Rp 150 juta, namun bayi yang “ditabung” di kandungannya tak tumbuh dan mengharuskan ia harus dikuret. Setelah 15 tahun lebih menunggu dan tiga kali gagal dalam program bayi tabung, perjuangannya tak surut.
Ia mencoba program bayi tabung lagi di tempat yang berbeda. Kali ini dilakukan dengan happy tanpa ada banyak larangan. Cara itu membuat pikirannya menjadi lebih senang dan badan lebih sehat. Kabar baik akhirnya datang, ia dinyatakan hamil. Hasil ini ia capai setelah melalui 18 tahun penantian telah konsultasi di lebih dari 10 dokter.
Cerita Devi merupakan salah satu kisah yang dimuat di buku Catatan #pejuanggarisdua yang ditulis oleh dr Ivander Utama, F.MAS., Sp.OG.,M.Sc. Inti ceritanya adalah perjuangan serta kegigihan para “pejuang garis dua” untuk memiliki anak. Istilah pejuang garis dua merupakan istilah bagi pasangan suami istri yang berjuang untuk memperoleh tanda garis dua di alat tes kehamilan.
Buku setebal 202 halaman ini berisi kumpulan kisah nyata para pejuang garis dua dan juga informasi dari segi kedokteran tentang penyebab sulit hamil. Identitas para pejuang garis dua di buku ini disamarkan dengan alasan privasi.
Mengapa seseorang sulit hamil? Ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Pertama faktor internal dan faktor eksternal. Dalam beberapa kasus, pasangan yang setelah menikah memutuskan untuk menunda memiliki anak dengan beragam alasan. Seperti ingin fokus pada karier pada beberapa tahun pertama pernikahan.
Namun di luar itu ada beberapa faktor lain yang memungkinkan seseorang sulit memiliki anak yakni kuaitas sel telur yang buruk (paling sering disebabkan faktor usia), siklus haid yang berantakan, infeksi pada jalan lahir dan saluran telur, kualitas sperma yang buruk, kebiasaan merokok, kualitas hubungan suami istri yang buruk seperti disfungsi ereksi atau istri bersifat dingin (frigid).
Sering kali terjadi pada pasangan yang sulit memiliki anak, istri yang disalahkan. Buku ini juga menjelaskan tentang beberapa tipe pekerjaan yang juga mempersulit kehamilan dan faktor-faktor teknis yang menyebabkan hal ini.
Lalu apa yang harus dilakukan? dr. Ivander mengatakan, kunci program kehamilan adalah mencari penyebabnya dan kemudian menentukan programnya. Jika ini tak dilakukan, maka keberhasilan program kehamilan tak dapat terwujud. Apa pula program kehamilan yang bisa ditempuh? Buku ini menjelaskannya dengan detail.
Tentunya, semakin cepat program yang tepat dijalankan, semakin besar peluang yang diperoleh karena waktu menjadi kunci keberhasilan program hamil.
Judul: Catatan #pejuanggarisdua
Penulis : dr Ivander Utama, F.MAS, Sp.OG,MSc
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Genre : Kesehatan
Edisi : Cet 1 Tahun 2021
ISBN :