Pagi yang cerah, 23 April 2001, matahari sudah naik sepenggalah. Hari itu Sarah melakukan aktifitas rutin sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan tambang batu bara di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Ketika tengah berkutat dengan komputer, telepon di mejanya berdering.
“A.. aku kecelakaan, c.. cepat datang ke rumah sakit Wahab S …” belum selesai pembicaraan, telepon terputus, tut..tut tut… Sarah terkejut, hatinya berguncang dan seluruh badannya lemas. Itu tadi jelas suara Arya, suaminya yang pagi tadi berpamitan pergi ke Samarinda untuk menengok ayahnya yang terkena stroke. Seharusnya ia telah sampai di Samarinda karena perjalanan mobil dari Sangatta hanya butuh waktu 5 jam.
Ia langsung bergegas pulang. Bersama putri kecilnya Nabila, ia langsung menyusul suaminya ke Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie di Samarinda. Singkat cerita, setelah sampai lokasi ia mendapati kenyataan memilukan. Arya mengalami luka parah di punggung, tulangnya remuk.
Tulang punggung adalah bagian yang sangat vital. Rangkaian tulang ini menjadi struktur utama penyokong tubuh, dan di sana terdapat ratusan syaraf yang mentransmisikan informasi antara otak dengan tubuh.
Dengan luka parah seperti itu Arya hanya bisa terbaring. Ia kehilangan kemampuan bergerak dan merasakan sesuatu, serta kehilangan kemampuan sensorik dan motorik. Dengan kondisi itu Arya hanya bisa bicara dan menggerakkan wajah, sedangkan seluruh tubuhnya lumpuh. Sarah menangis di sisi suaminya, bersama si kecil Nabila yang juga tak henti meneteskan air mata.
Baginya langit serasa runtuh. Tak terbayangkan Arya yang pintar, kuat, dan lincah kini hanya bisa terbaring di tempat tidur untuk selama-lamanya. Matanya menerawang jauh ke langit-langit, terbayang masa depan si kecil.
Hari itu adalah tahun kedelapan perkawinannya dengan Arya. Peristiwa pagi itu mengubah hidup Sarah. Dari seorang istri yang berkecukupan, ia kini menjadi tulang punggung rumah tangga. Dahulu ia bekerja layaknya hobi, tetapi kini benar-benar harus menghasilkan, karena suaminya sudah tidak mampu lagi bekerja. Dan Arya pun telah mendapat PHK dari perusahaannya.
Hari-hari Sarah menjadi tak mudah. Dengan kelumpuhan yang dideritanya, Arya menjadi labil dan emosional. Perangainya yang penyayang keluarga sering berubah menjadi temperamental dan sensitif. Dalam kondisi tertekan, tanpa harapan, dan frustrasi seperti itu Arya sering marah-marah sehingga merekapun sering terlibat pertengkaran.
Ajaibnya, dari kondisi nadir tersebut rumah tangga Sarah dapat menemukan kesejahteraan dan berbagai macam kebaikan dari Allah. Dari segi ekonomi dan spiritual keluarga ini berhasil memulihkan keadaan, bahkan melebihi kondisi semula. Kini Arya sudah jauh lebih baik dan mulai belajar berjalan.
“Musibah Suamiku Ladang Ibadahku” adalah catatan harian Zulfatun Mahmudah. Isinya kisah nyata yang dialaminya selama kurun waktu tahun 2001 sampai buku ini ditulis. Meski bergenre novel, isinya tertimonial dan sangat minim dramatisasi. Bab demi bab berjalan lancar sebagaimana mendengarkan cerita dari nara sumber langsung.
Zulfatun Mahmudah adalah adalah master dalam bidang Media and Cultural Studies dari Universitas Gadjah Mada. Wanita kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, ini alumni dua kali program International Summer School pada The Friendship Programme For The 21th Century Indonesia-Japan. Ia sempat tinggal di beberapa kota di Jepang dalam program yang dibiayai JICA itu.
Bidang media dan studi kultural masih terus digelutinya hingga kini, sehingga meraih penghargaan Best Paper Presenter dalam Internatinal Conference on Communication and Business (2021) dan International Student and Scholars Conference on Indonesia (2021). Kini Zulfatun masih aktif sebagai karyawan di PT. Kaltim Prima Coal, di Sangatta, Kalimantan Timur.
Dalam buku ini Zulfatun mengajari pembaca tentang makna sesungguhnya sebuah musibah dan bagaimana cara bertawakal, ikhlas menerima keadaan, selalu optimis, dan tak kehilangan harapan kepada Allah. Dengan caranya berdialog dengan Tuhan, Zulfatun mendapat ketabahan dan petunjuk untuk melalui tahun-tahun terpuruknya dengan sabar, ikhlas, dan tak pernah berburuk sangka kepada takdir. Ia yakin, setiap kesusahan akan diikuti dengan kebahagiaan, seperti yang dimilkinya saat ini.
Judul: Musibah Suamiku Ladang Ibadahku
Penulis: Zulfatun Mahmudah
Penerbit : Rene Islam
Genre: Novel
Tebal: 200 Halaman
Edisi: Soft Cover Cet 1, Januari 2022
ISBN : 978-623-6083-25-3