Rabu, 8 Oktober 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Memaknai Hidup dari Buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

Melihat bagaimana tokoh Ale memaknai hidup setelah gagal bunuh diri, Karya Brian Khrisna

Oleh Dimas Yusuf
12 Agustus 2025
di Resensi
A A
Foto: Pinterest

Foto: Pinterest

Tokoh yang bernama “Ale” di dalam buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” karya Brian Khrisna ini merupakan tokoh yang selalu kesepian dan tidak pernah mempunyai pilihan-pilihan dalam hidupnya. Yang menemani hidupnya hanyalah rasa kesepian sembari bekerja sebagai karyawan di ibu kota.

Bayangkan seorang pria berusia 37 tahun, berat 138kg, dan tinggi 189 cm duduk santai dengan tatapan kosong setelah bekerja seharian. Seorang pekerja kantoran yang berangkat kerja jam 9 dan pulang jam 5 sore. Merasa dirinya tidak pernah mempunyai kemampuan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Jauh dari harapan orang lain tentang dirinya, tidak ada yang mencari dan tidak ada yang ingat dengan hari ulang tahunnya. Sehingga berencana ingin mengakhiri hidupnya setelah semua keinginannya terlaksana.

Ingin Mati Saja Ribet

Di bagian-bagian awal buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”, pembaca akan menyadari betapa sesaknya hidup yang dijalani tokoh utama. Sebelum memasuki cerita inti sesuai judul bukunya, pembaca akan membayangkan latar belakang dari tokoh Ale yang tidak pernah mendapatkan “tempat untuk pulang” di keluarganya sendiri. Menjadi korban perundungan dan tidak diterima di lingkungannya adalah sebuah alasan bagaimana pembaca setuju untuk Ale lebih baik mati.

Tokoh Ale di dalam buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” berencana ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang diinginkan. Semuanya harus terlaksana dengan list-list yang ia buat. Dengan memakai pakaian yang ia inginkan sebelum mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Ale sudah menyiapkan semuanya, dari makanan yang mahal yang tidak pernah ia beli, sampai konfeti sebagai perayaan terakhir di dalam hidupnya.

Pembaca akan menyadari perjalanan Ale untuk menemukan makna-makna kecil, ketika list terakhirnya tidak terlaksana. List terakhir tersebut adalah bunuh diri dengan cara mendengak langsung obat depresan yang tidak sesuai dosisnya. Sialnya, Ale membaca peringatan pada obat tersebut “diminum setelah makan” disertai perut Ale yang berbunyi.

BACA JUGA:

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

“Digampar” Melalui Rencana Tuhan

Ale harus makan dulu sebelum meminum obat yang membuatnya ia pergi dari kehidupan ini. Ale mencari mie ayam kesukaannya yang biasanya ia makan sebelum berangkat kerja. Sayangnya, mie ayam langganannya itu tutup,

Memasuki bab 4, pembaca akan menyadari bahwa mulai dari bab ini, tokoh Ale akan mengawali pelajaran hidup yang panjang. Bukan karena Ale gagal membeli seporsi mie ayam langganannya seharga 15 ribu rupiah. Akan tetapi, Ale lagi-lagi merasa gagal sebagai manusia karena untuk mengakhiri hidupnya saja tidak berjalan dengan mulus. 

Pembaca akan melihat perjalanan Ale yang panjang mulai menelusuri kenapa mie ayam langganannya tersebut tidak berjualan, melihat sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, dan bertemu dengan orang-orang yang berbeda 180 derajat dengan dirinya. Mungkin kata-kata yang tepat untuk memaknai perjalanan Ale adalah “Bersyukur itu adalah meromantisasi hal-hal kecil”.

Tidak heran jika buku ini menjadi salah satu buku yang laris di Indonesia saat ini. Sudah siap melihat hal-hal yang ditemui Ale dalam buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” karya Brian Khrisna?

 

BACA JUGA: Resensi buku “Filosofi Teras” di sini.

 

Judul: Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Penulis: Brian Khrisna

Penerbit: Gramedia Widiasarana Indonesia

Genre: Novel

Edisi: Januari 2025

ISBN: 9786020531328

Topik: NovelresensiSeporsi Mie Ayam Sebelum Mati
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Resensi Buku “Dikira Guyon, Ternyata Sindiran”

Selanjutnya

Resensi Buku “Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya”

Dimas Yusuf

Dimas Yusuf

Redaktur Jakarta Book Review (JBR)

TULISAN TERKAIT

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Versi Hard Cover pada Buku 3726 MDPL

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

29 September 2025
Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Resensi Buku “Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya”

Resensi Buku "Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya"

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Versi Hard Cover pada Buku 3726 MDPL

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

29 September 2025
Poster-poster kegiatan IIBF 2025

IIBF 2025: Upaya Peningkatan Literasi dan Tantangan Industri Penerbitan Buku di Indonesia

24 September 2025
Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

22 September 2025
Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In