Tokoh yang bernama “Ale” di dalam buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” karya Brian Khrisna ini merupakan tokoh yang selalu kesepian dan tidak pernah mempunyai pilihan-pilihan dalam hidupnya. Yang menemani hidupnya hanyalah rasa kesepian sembari bekerja sebagai karyawan di ibu kota.
Bayangkan seorang pria berusia 37 tahun, berat 138kg, dan tinggi 189 cm duduk santai dengan tatapan kosong setelah bekerja seharian. Seorang pekerja kantoran yang berangkat kerja jam 9 dan pulang jam 5 sore. Merasa dirinya tidak pernah mempunyai kemampuan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Jauh dari harapan orang lain tentang dirinya, tidak ada yang mencari dan tidak ada yang ingat dengan hari ulang tahunnya. Sehingga berencana ingin mengakhiri hidupnya setelah semua keinginannya terlaksana.
Ingin Mati Saja Ribet
Di bagian-bagian awal buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”, pembaca akan menyadari betapa sesaknya hidup yang dijalani tokoh utama. Sebelum memasuki cerita inti sesuai judul bukunya, pembaca akan membayangkan latar belakang dari tokoh Ale yang tidak pernah mendapatkan “tempat untuk pulang” di keluarganya sendiri. Menjadi korban perundungan dan tidak diterima di lingkungannya adalah sebuah alasan bagaimana pembaca setuju untuk Ale lebih baik mati.
Tokoh Ale di dalam buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” berencana ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang diinginkan. Semuanya harus terlaksana dengan list-list yang ia buat. Dengan memakai pakaian yang ia inginkan sebelum mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Ale sudah menyiapkan semuanya, dari makanan yang mahal yang tidak pernah ia beli, sampai konfeti sebagai perayaan terakhir di dalam hidupnya.
Pembaca akan menyadari perjalanan Ale untuk menemukan makna-makna kecil, ketika list terakhirnya tidak terlaksana. List terakhir tersebut adalah bunuh diri dengan cara mendengak langsung obat depresan yang tidak sesuai dosisnya. Sialnya, Ale membaca peringatan pada obat tersebut “diminum setelah makan” disertai perut Ale yang berbunyi.
“Digampar” Melalui Rencana Tuhan
Ale harus makan dulu sebelum meminum obat yang membuatnya ia pergi dari kehidupan ini. Ale mencari mie ayam kesukaannya yang biasanya ia makan sebelum berangkat kerja. Sayangnya, mie ayam langganannya itu tutup,
Memasuki bab 4, pembaca akan menyadari bahwa mulai dari bab ini, tokoh Ale akan mengawali pelajaran hidup yang panjang. Bukan karena Ale gagal membeli seporsi mie ayam langganannya seharga 15 ribu rupiah. Akan tetapi, Ale lagi-lagi merasa gagal sebagai manusia karena untuk mengakhiri hidupnya saja tidak berjalan dengan mulus.
Pembaca akan melihat perjalanan Ale yang panjang mulai menelusuri kenapa mie ayam langganannya tersebut tidak berjualan, melihat sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, dan bertemu dengan orang-orang yang berbeda 180 derajat dengan dirinya. Mungkin kata-kata yang tepat untuk memaknai perjalanan Ale adalah “Bersyukur itu adalah meromantisasi hal-hal kecil”.
Tidak heran jika buku ini menjadi salah satu buku yang laris di Indonesia saat ini. Sudah siap melihat hal-hal yang ditemui Ale dalam buku “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” karya Brian Khrisna?
BACA JUGA: Resensi buku “Filosofi Teras” di sini.
Judul: Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
Penulis: Brian Khrisna
Penerbit: Gramedia Widiasarana Indonesia
Genre: Novel
Edisi: Januari 2025
ISBN: 9786020531328