Minggu, 26 Oktober 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Kisah Jendral Simon Bolivar dalam Labirin Masa Lalunya

Oleh Mujib Rahman
29 Januari 2022
di Resensi
A A
Resensi Buku The General in His Labyrinth karya Gabriel Garcia Marquez penerbit Gramedia

Buku The General in His Labyrinth karya Gabriel Garcia Marquez penerbit Gramedia

Resensi Buku The General in His Labyrinth karya Gabriel Garcia Marquez penerbit Gramedia

Di masa pensiun yang tak bahagia, Jenderal Simon Bolivar masih berkutat dengan romantika masa lalu yang berliku-liku bagai labirin. Sejarah hidupnya memang menarik dengan segala ekspedisi dan penaklukan yang heroik. Namun semua yang ia perjuangkan tidak dapat dinikmati hingga hari terakhirnya.

Buku ini mengisahkan episode tujuh bulan terakhir seorang panglima perang Kolombia Raya yang dikenal sebagai “El Libertador,” atau Sang Pembebas. Simon Bolivar digambarkan sebagai pria kharimastik, menawan, selalu sukses dalam perang dan cinta. Ia pahlawan yang yang dipuja di seantero Amerika Latin. Meskipun Simon asli Bolivia, tetapi di Kolombia dan Venezuella banyak alun-alun kota dan desa yang dinamai dengan nama dirinya.

The General in His Labyrinth pertama kali diterbitkan tahun 1989,  dalam bahasa Spanyol. Buku ini mengisahkan liku-liku Simon Bolívar membebaskan sebagian besar wilayah-wilayah Amerika Selatan dari imperialisme Spanyol ratusan tahun. Penaklukan itu banyak berhasil tetapi gagal mencapai tujuan final menyatukan sebuah benua.

Simon Bolivar meninggal pada usia relatif muda, 47 tahun, di Santa Marta, Kolombia, 17 Desember 1830. Buku ini bercerita basah tentang ekspedisi membebaskan negeri-negeri Amerika Latin dari kolonialisme bangsa Eropa, namun lebih basah menceritakan akhir hidup Simon yang resah dan sendiri. Setelah sejumlah perang yang gemilang, Simon menjalani hari-hari terakhirnya di Kolombia dengan kurus, batuk dan terbaring lemah.

Penulis buku ini, Garcia Marquez, mengaku mengalami dilema batin yang keras saat menuliskannya. Ia menyebutnya sebagai buku yang sulit untuk ditulis karena pada akhirnya adalah sebuah tragedi. Simon Bolivar sudah sakit ketika dia meninggalkan Bogota di usia pensiun. Konon tuberkulosis tetapi penelitian menunjukkan bahwa itu mungkin keracunan arsenik dari air atau makanan yang dia konsumsi.

BACA JUGA:

Mitos, Mitigasi, dan Krisis Iklim: Membaca Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

Sebagai penakluk, Simon Bolivar sangat kaya, tetapi pada akhir hidupnya hampir tidak punya uang. Ada sebidang tanah yang diwariskan untuk kerabatnya dan sedikit yang tersisa uang. Ia bangkrut karena sering mendanai pertempuran dengan uangnya sendiri. Simon meninggal di Santa Maria 17 Desember 1830. Selama sakit ia hanya ditemani dokter dan beberapa orang kepercayaan, termasuk Joso Palacios, ajudan dan pembantu yang setia melayaninya. Kekasihnya, Manuela Saenz, bahkan tak ada di sampingnya saat menghembuskan napas terakhir.

Masa Kejayaan

Pada masa jayanya, Simon Bolivar membebaskan 18 provinsi dari dominasi Spanyol. Harapan utamanya adalah memperluas perang ke selatan untuk mewujudkan mimpi fantastis menciptakan negara terbesar di dunia yang membentang dari Meksiko ke Cape Horn.

The General in His Labyrinth mengambil setting tahun 1830, akhir masa penjajahan Spanyol di Amerika Selatan. Ketika itu Venezuela, Bolivia, Kolombia, Ekuador, Panama dan Peru sudah mendapatkan kemerdekaanya.

Tujuan Simon sebenarnya adalah mendirikan negara kesatuan Kolombia Raya dan menjadikan dirinya Presiden. Pada 7 Agustus 1819 Kolombia Raya sempat terwujud, namun tidak berumur lama karena pecah di dalam. Pada April 1830, Simon Bolivar mengundurkan diri dan melakukan perjalanan menuju Eropa.

Penulis Garcia Marquez memenangkan Hadiah Nobel untuk sastra pada tahun 1982. Gaya menulisnya yang seperti ini disebut ‘magic realisme’, yang mencampuradukkan realitas dan fiksi. Kekinian gaya ini serupa histori fiksi atau novel sejarah. Bahan tulisannya didapat dari hasil mengikuti Simon Bolivar saat melakukan perjalanan terakhirnya pada bulan Mei 1830 menyusuri sungai Magdalena di Kolombia dari Santa Fe di Bogota untuk menuju pelabuhan Cartagena de Indias di pantai pesisir Karibia. Perjaanan ini hanya untuk menapak tilas kejayaannya dan sekaligus meratapi mimpinya yang tak tercapai.

The General in His Labyrinth pernah mendapatkan berbagai pujian di New York Times Book Review, Los Angeles Times Book Review, San Francisco Chronicle, The Wall Street Journal, dan Dallas Morning News. Namun untuk pembaca Indonesia, model narasi yang padat seperti ini mungkin agak terasa berat, kecuali bagi kutu buku tulen.

The General in His Labyrinth pernah diterbitkan di Indonesia oleh Jalasutra pada tahun 2004 dengan judul Sang Jenderal dalam Labirinnya. Namun yang resensinya sedang anda baca ini merupakan terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Untuk mendapatkan buku ini dengan harga terbaik, Klik di Sini

Judul: The General in His Labyrinth

Penulis: Gabriel Garcia Marquez

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Genre: Fiksi Sejarah

Edisi: Cet 1, Februari 2021

Tebal: 304 Halaman

ISBN: 978-602-06-3910-9

Topik: Headline
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, Kisah Hidup Dan Pemikiran Sang Pembaru Islam

Selanjutnya

Terungkap Sisi Lain BJ Habibie di Buku “Saya Bacharuddin Jusuf Habibie”

Mujib Rahman

Mujib Rahman

Wartawan Senior

TULISAN TERKAIT

Mitos, Mitigasi, dan Krisis Iklim: Membaca Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam

Mitos, Mitigasi, dan Krisis Iklim: Membaca Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam

20 Oktober 2025
Cover buku "The Great Gatsby"

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

9 Oktober 2025
Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Terungkap Sisi Lain BJ Habibie di Buku “Saya Bacharuddin Jusuf Habibie”

Terungkap Sisi Lain BJ Habibie di Buku “Saya Bacharuddin Jusuf Habibie”

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Mitos, Mitigasi, dan Krisis Iklim: Membaca Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam

Mitos, Mitigasi, dan Krisis Iklim: Membaca Narasi Putri Karang Melenu dan Naga Sungai Mahakam

20 Oktober 2025
Menulis dalam Berbagai Medium: Sesi Diskusi Bersama Dea Anugrah dan Aya Canina

Menulis dalam Berbagai Medium: Sesi Diskusi Bersama Dea Anugrah dan Aya Canina

16 Oktober 2025
Merayakan Dewasa dan Lukanya: Kilas dari Penulis

Merayakan Dewasa dan Lukanya: Kilas dari Penulis

15 Oktober 2025
Cover buku "The Great Gatsby"

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

9 Oktober 2025
Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In