Jakarta – Lembaga Kebudayaan betawi (LKB) secara khusus menyusun buku tentang budaya Betawi. Tujuannya, agar buku ini menjadi sumber referensi bagi pelajar sekolah maupun masyarakat.
“Buku ini nantinya tidak hanya untuk siswa tetapi juga masyarakat umum. Tujuannya untuk melestarikan kebudayaan betawi dengan dokumentasi yang jelas,” kata Ketua LKB Beki Mardani Jakarta, Selasa (9/11/2021).
Buku yang rencananya rilis pada awal 2022 ini dalam penyusunnya melibatkan berbagai unsur pemerhati budaya dan budayawan Betawi. Diantaranya, ahli tari Betawi, Dr. Julianti Parani dan Madia Patra Ismar, M. Hum dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kemudian pakar seni permainan anak, Dr. Tuti Tarwiyah dan Sam Muchtar Chaniago, M.Si dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Hadir pula, budayawan Betawi, Yoyo Muchtar dan Yahya Andi Saputra dari Lembaga Kebudayaan Betawi serta pengamat pencak silat dari Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia, Muali Yahya, hingga Maharani Kemal dari Persatuan Wanita Betawi.
“Rencananya akan ada tujuh topik dalam buku ini, yakni seni musik dan tari, seni pertunjukan, kuliner, sastra, bahasa dan folklor, bela diri dan permainan anak-anak, kriya dan arsitektur, serta upacara dan siklus hidup,” tutur Fadjriah Nurdiarsih, anggota LKB dan juga selaku editor.
Dalam penyusunannya pun mengalami beberapa kendala. Jualianti Parani. Ia mengaku terkendala saat menggali kebudayaan Betawi secara menyeluruh dan membutuhkan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah Betawi.
“Melacak akar kesenian Betawi tidak bisa lagi bertumpu pada peta wilayah atau lokasi. Karena pelaku-pelakunya sudah berpindah-pindah dan anak keturunannya pun sudah tidak di lokasi sama,” ungkap koordinator penulisan buku “Bunga Rampai Seni Pertunjukan Kebetawian” tersebut.
Ia menyarankan, bahan buku dapat dimulai melalui penelitian mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang mengambil tema budaya Betawi. Selaras dengan hal itu, Madia Patra Ismar mengatakan, minat penelitan kebudayaan Betawi di kalangan mahasiswa sudah mulai tumbuh. Hanya saja pendataan tentang daftar penelitian tersebut masih belum tertata dengan baik.
“Di Institut Kesenian Jakarta ada sejumlah penelitian mengenai kebetawian. Kita bisa memulai dari sini untuk mendapatkan ‘insight’,” pungkas perempuan yang juga Wakil Rektor III IKJ.