JBR – Raksasa penerbitan global, Penguin Random House (PRH), menghadapi tantangan berat pada paruh pertama tahun 2025. Meskipun berhasil mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 2% menjadi €2,322 miliar, laba perusahaan justru anjlok 12% akibat lonjakan biaya operasional, demikian dilaporkan oleh media industri The Bookseller.
Penurunan profitabilitas ini juga tercermin pada pendapatan operasional (EBITDA) yang turun menjadi €255 juta. Menurut laporan tersebut, tekanan terbesar datang dari pasar Amerika Serikat yang mengalami pendapatan lebih rendah serta peningkatan biaya terkait ekspansi.
Faktor utama yang menggerus keuntungan diidentifikasi sebagai “meningkatnya biaya di seluruh lini bisnis”. Hal ini mengindikasikan bahwa sekalipun permintaan terhadap buku-buku terbitan PRH tetap kuat, biaya produksi, distribusi, dan operasional lainnya meningkat lebih signifikan dibandingkan pendapatan yang dihasilkan.
Di tengah tantangan tersebut, penjualan perusahaan tetap didorong oleh judul-judul terlaris. Beberapa di antaranya adalah “Great Big Beautiful Life” karya Emily Henry, “The Let Them Theory” dari Mel Robbins, serta buku fenomenal yang terus diminati, “Atomic Habits” oleh James Clear.
Menanggapi kondisi ini, CEO PRH, Nihar Malaviya, menyatakan bahwa perusahaan akan fokus untuk meningkatkan pendapatan sebagai strategi utama untuk melawan kenaikan biaya. Di sisi lain, PRH juga terus melakukan ekspansi strategis, salah satunya dengan mengakuisisi Wonderbly senilai €90 juta.
Kondisi yang dialami Penguin Random House ini menyoroti tantangan lebih luas yang dihadapi industri penerbitan global. Para pelaku industri, bahkan yang terbesar sekalipun, harus berjuang keras mempertahankan margin keuntungan di tengah tekanan inflasi dan kenaikan biaya operasional, meskipun minat baca masyarakat tetap tinggi.










