Finlandia, Korea Selatan, dan Polandia adalah tiga negara ranking teratas dalam hal keberhasilan pendidikan, menurut hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA).
Program ini dibuat untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah secara rata-rata di setiap negara. Penilaian PISA dirilis per tiga tahun, di mana tiga tahun adalah rentang yang pas untuk melihat rata-rata perkembangan anak di setiap negara.
Buku karya Amanda Ripley ini mengungkap perbedaan sistem dan standar pedidikan di tiga negara tersebut. Tak lupa, jurnalis investigasi ini membandingkannya dengan negara asalnya, Amerika Serikat (AS).
Dalam buku setebal 388 halaman ini diungkapkan salah satu kunci sukses pendidikan di Finlandia yakni guru yang berkualitas. Berbeda dengan AS yang lebih mengedepankan peralatan High technology, di Finlandia kulaitas guru menjadi salah satu faktor utama.
Untuk menjadi guru di negara berpenduduk hampir enam juta jiwa ini sangatlah sulit. Tidak semua orang bisa masuk dalam jurusan pendidikan guru. Tes masuk yang rumit dan proses mendapatkan gelar yang panjang membuat profesi guru tak dapat diisi sembarang orang. Tak heran, profesi guru menempati level yang prestisius di sana.
Di Finlandia, guru minimal harus bergelar master. Selama menempuh pendidikan master itu mereka wajib mengikuti pelatihan mengajar. Mereka dilatih khusus berkaitan dengan cara membangun antusiasme siswa. Rata-rata guru disana memiliki kemampuan dan kestabilan mental yang kuat.
Beda lagi dengan Korea Selatan (Korsel). Negara yang tengah naik daun dengan industri K-Pop atau Korean Pop ini menganut prinsip ‘pendidikan menjadi kunci kesuksesan’. Sistem pendidikan di Korsel mengandalkan tekanan kompetisi antar siswanya. Penduduknya memiliki obsesi dan ekspektasi yang tinggi terhadap pendidikan.
Bak lari maraton, siswa di negara ini mulai kegiatan belajar pukul 08.00 pagi hingga 21.00 malam. Dilanjutkan dengan les tambahan yang disebut hagwons hingga pukul 23.00 malam. Tekanan belajar yang sangat tinggi ini muncul karena adanya tes penilaian yang menjadi dasar untuk masuk perguruan tinggi. Semakin tinggi nilainya, semakin besar pula kesempatan diterimanya.
Orangtua disana terus mendorong anak mereka untuk terus belajar. Di Korsel orang tua dianggap sebagai pelatih, sedangkan di AS orang tua cenderung dianggap sebagai tim hore saja.
Kompetisi tinggi dan model pendidikan Korea yang bertekanan tinggi membuat tingkat bunuh diri di negara tersebut cukup tinggi. Usia pelaku bunuh diri di negara berpenduduk hampuir 52 juta jiwa ini berkisar antara 10-30 tahun. Kebanyakan motivasi bunuh diri akibat depresi, salah satunya ya pendidikan itu.
Berdasarkan studi Organisation for Economic Co-operation and Development, (OECD) diketahui anak-anak di Korsel paling tidak bahagia.
Lain halnya dengan Polandia. Negara berlambang elang putih ini memilih terus meningkatkan kurikulum agar memenuhi standar internasional. Para oragtua disana berprinsip, lebih baik anak-anak mengalami kegagalan di masa sekolah dibandingkan di kehidupan nyata.
Kelebihan lain dari sistem pendidikan di Polandia, yaitu setiap sekolahan memiliki otonomi sekolah masing-masing. Setiap kepala sekolah memiiliki kebebasan untuk memilih tim pengajarnya dan guru memiliki kebebasan memilih buku ajar dan metode pembelajaran. Syaratnya harus mampu memenuhi tujuan dan standar kurikulum yang ditetapkan.
Judul: The Smartest Kids In The World
Penulis: Amanda Ripley
Penerbit: Renebook
Genre: Self Improvement
Tebal: 388 halaman
Edisi: Cetakan 1, November 2021
ISBN: 978-623-6083-19-2