Jayapura – Universitas Cenderawasih berkolaborasi dengan yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia merilis buku panduan lapangan bagi pemandu ekowisata pengamatan burung di Papua. Buku ini diperuntukan sebagai sumber informasi dan edukasi terutama bagi waisatawan.
Di kutip dari antaranews.com, Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen), Apolo Safanpo, mengatakan harapannya buku ini dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkuat peran kampus dalam pengabdian masyarakat.
“Buku ini disusun dengan memanfaatkan hasil survei keragaman jenis burung di kawasan dataran rendah Papua bagian utara beserta pulau-pulau,” ucapnya.
Hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Cenderawasih dan Yayasan WWF Indonesia Program Papua yang dilakukan dalam kurun waktu 2016-2019 menjadi dasar dikembangkannya program ekowisata pengamatan burung berbasis masyarakat di beberapa lokasi, seperti Kampung Rhepang Muaif dan Sawesuma di Kabupaten Jayapura, Kampung Sawendui dan Aryoubu di Kabupaten Kepulauan Yapen.
Hal serupa juga diutarakan oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Uncen, Dirk Y. P. Runtuboi, identifikasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan merupakan salah satu fokus penelitian yang dilakukan oleh pihaknya, terutama di Fakultas MIPA sebagai kontribusi dalam upaya melindungi keanekaraaman hayati khususnya di Papua.
“Dalam buku ini memuat 114 jenis burung dari 212 spesies yang tersebar di dataran rendah Papua. Maka informasi yang ada dalam buku ini sangatlah representatif untuk dijadikan salah satu acuan dalam pengmatan dan identifikasi burung khusunya bagi para pecinta burung. Harapannya masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga dan melestarikan spesies burung-burung di Papua,” ujarnya.
Di samping itu, Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia, Wika Rumbiak mengatakan, selain sebagai panduan beraktivitas oleh pemandu ekowisata, buku ini juga dapat menjadi sumber informasi dan edukasi bagi wisatawan.
“Burung-burung khususnya di tanah Papua adalah satwa yang dilindungi. Selain itu pemanfaatannya juga hanya sebatas sebagai aset wisata berkelanjutan dan tidak boleh diperdagangkan bahkan dijadikan buah tangan,” jelasnya.
Sebagai informasi, buku buku yang dikemas secara menarik penuh warna ini juga merupakan bagian dari dokumentasi budaya setempat karena dilengkapi dengan bahasa lokal. Selain itu juga terdapat beberapa fakta menarik tentang jenis burung tertentu. Dan yang tak kalah apik buku ini juga dilengkapi denganilustrasi yang menarik minat anak-anak untuk lebih jauh belajar bagaimana mengidentifikasi morfologi burung.
Yang tak kalah menarik, dalam versi e-booknya juga dilengkapi degan suara burung yang bisa langsung didengar. Sungguh buku ini sangat unik yang membuatnya dapat digunakan oleh para pecinta burung baik itu dewasa maupun anak-anak. (ST/JBR)