Nama lengkapnya adalah Abu al-Harits al-Muhasibi (781-857). Ulama kelahiran Bashrah ini banyak menghabiskan waktu untuk bermunajat dan mengarang sejumlah kitab tentang tasawuf. Salah satu kitabnya berjudul al-Makasib.
Penerbit Rene Turos menerjemahkan kitab al-Makasib ke Bahasa Indonesia. Judulnya menjadi Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja? Buku yang sederhana dan mudah dibawa kemana pun. Dimensinya 13 x 19 cm, 208 halaman. Kover buku ini diperindah dengan warna abu-abu yang berpadu dengan hijau dengan ilustrasi nuansa gemerlap kehidupan kota. Nah di buku ini, al-Muhasibi menjelaskan apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan rezeki.
Tawakkal
Dia mengutip Surah al-Maidah ayat 11, yang artinya, hanya kepada Allah orang-orang beriman itu bertawakkal. Tawakkal dimaksudkan agar orang selalu ingat beribadah dan tidak melulu sibuk dalam kebutuhan duniawi.
Bagaimana bertawakkal?
Al-Muhasibi menjelaskan, cara bertawakkal adalah mempercayai dan membenarkan Allah telah membagi rezeki, mencukupi kebutuhan, membukakan, bahkan memudahkan jalan untuk mencarinya, dan menakdirkan makanan yang telah dijatah untuknya pada waktu yang telah ditentukan
Kita harus meyakini hal ini tanpa ragu, keyakinan yang menghapuskan kebimbangan, sampai menjadikan hati teguh bahwa Allah adalah dzat yang mahamenciptakan…
Imam al-Harits al-Muhasibi
Pendorong tawakkal, apa itu?
Cara kita bertawakkal adalah cerminan dari iman. Jika iman tertanam kuat di hati, terefleksikan dalam zikir lisan dan hati, maka tawakkal akan muncul memantapkan keimanan di hati dan menjaga perilaku agar senantiasa baik.
Dalam kitab al-Makasib yang sudah diterjemahkan menjadi Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja?, al-Muhasibi menekankan pentingnya menguatkan iman kepada takdir yang baik maupun buruk. Bahwa setiap orang harus memasrahkan dirinya, rela, dan ikhlas, menerima ketentuan yang menyenangkan dirinya dan juga yang menyedihkan, bahkan melukai hatinya.
Sedikit rezeki dari Allah hendaknya direspons dengan kesyukuran dan kepasrahan. Sebaliknya, ketika Allah melimpahkan rezeki, juga dibalas dengan rasa syukur. Ini pesan utama al-Muhasibi tentang rezeki dalam kitab al-Makasib.
Kitab al-Makasib yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Penerbit Rene Turos