Koleksi buku di toko buku Mansour memberikan harapan terhadap kehidupan lain.
Gaza – Toko buku ikonik Gaza kembali dibuka, Kamis (17/2/2022). Sebelumnya, bangunan toko buku ini sempat hancur akibat serangan udara Israel tahun lalu. Mengetahui hal ini, masyarakat terlihat sangat antusias dengan dibukanya toko buku tersebut.
Sang pemilik toko buku, Samir Mansour tak kuasa menahan rasa bahagianya. “Saya sangat sedih ketika toko hancur. Namun teman-teman serta orang-orang terkasih telah meningkatkan semangat saya. Hari ini saya seperti dilahirkan kembali, hari ini adalah ulang tahun yang baru bagi saya,” ujarnya.
Saat pembukaan puluhan orang memadati pintu masuk toko saat upacara pembukaan. Salah satu pengunjung setianya, Yara Eid mengatakan, toko buku tersebut telah memberikan kilas kehidupan lain di luar Gaza. Blokade membuat warga Gaza sulit untuk bepergian ke luar negeri.
“Toko Buku Samir Mansour sangat berarti bagi saya,” kata Eid, yang berencana untuk meraih gelar master di Inggris. “Tanpa toko buku ini, saya tidak akan tahu kehidupan di luar Gaza karena kami berada di bawah blokade,” ujarnya.
Eid mengatakan, koleksi buku di toko buku Mansour memberikan harapan terhadap kehidupan lain. Tidak hanya perang dan pertumpahan darah yang sehari-hari mewarnai Gaza.
Untuk diketahui, toko buku milik Mansour ini awalnya memiliki lima lantai. Toko buku ini hancur dalam serangan udara Israel pada Mei 2021. Akibat serangan itu, lantai dasar bangunan hancur menjadi puing-puing. Sekitar 100 ribu buku menjadi tumpukan kertas robek yang teronggok dalam abu dan debu.
Toko buku ini berdiri dekat tiga universitas di Gaza pada tahun 2000. Tak heran jika toko buku ini populer di kalangan pelajar maupun pembaca umum. Selain itu, koleksi bukunya juga terbilang sangat lengkap.
Mansour sendiri dapat membangun kembali toko bukunya atas sumbangan donatur. Sumbangan sebagian besar datang dari aktivis Inggris yang meluncurkan kampanye penggalangan dana di seluruh dunia. Mereka mengamankan koleksi buku yang lebih besar daripada yang telah hancur.
“Orang-orang Inggris telah memberi kompensasi kepada kami dengan 150 ribu buku,” katanya.
Secara fisik, bangunan baru ini memili ruang inventaris yang lebih besar serta beragam. Balok dari lampu sorot di langit-langit memberi tampilan mengkilap pada buku-buku yang berdiri di atas rak kayu premium. Toko buku tiga lantai ini menampilkan buku anak-anak, novel karya penulis lokal, Arab, dan internasional. Termasuk panduan bisnis dan pemrograman. Secara total, toko baru ini memiliki koleksi 400 ribu buku.
“Kehancuran tidak menyakiti kami. Sebaliknya, itu membuat kami kuat,” pungkas Mansour. (ST/JBR)