JAKARTA — Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Wilayah DKI Jakarta mendorong masyarakat menjadi pengulas (reviewer) dan kritikus buku. Kehadiran mereka akan semakin meramaikan pembicaraan tentang buku di dunia maya, sehingga semakin banyak orang termotivasi untuk membaca buku.
“Kalau ada penulis, penerbit, toko buku, para penjual buku, harus ada kritikus buku. Dulu ada HB Jasin sebagai pengkritik sastra, sehingga sastra Indonesia berkembang. Agar buku kita semakin baik, maka harus ada pengkritiknya. Para pengkritik buku nantinya akan mewarnai ekosistem perbukuan sehingga kualitas karya tulis yang diproduksi semakin berbobot,” kata Ketua Umum IKAPI Wilayah Jakarta Himat Kurnia dalam webinar Jakarta Book Review tentang optimasi jualan buku online pada Rabu (3/11/2021).
Kritikus buku ini harus netral dan independen. Bebas dari kepentingan penerbit. Kritiknya dibangun dari kegelisahan ilmiyah, pencarian sendiri, dan berdasarkan pada niat yang tulus untuk menginspirasi masyarakat luas dalam hal perbukuan dan keilmuan.
Kritikus buku harus lahir dari ruang idealisme yang bercita-cita menghadirkan buku berbobot sesuai keinginan masyarakat luas. Mereka memberi masukan mulai kemasan, desain, tata letak, gaya bahasa, dan kualitas isi. Juga konteks buku: apakah buku yang diulas sesuai dengan perkembangan zaman atau apa pentingnya buku yang dikaji.
Untuk menggiatkan kritik dan pengulasan buku, para pegiat literasi harus membangun komunitas. Anggotanya adalah mereka yang menikmati buku, termasuk mendiskusikannya saat bertemu secara daring maupun luring.
Komunitas semacam ini akan memperbarui informasi buku apa yang menarik. Dalam dunia perguruan tinggi, biasanya komunitas ini berbagi informasi mengenai buku-buku yang berkaitan dengan mata kuliah atau riset terkini. Nantinya buku akan menjadi bahan seminar dan riset.
Ada pula komunitas pecinta fiksi. Biasanya adalah kumpulan orang-orang yang menyukai kumpulan puisi dan novel. Kalau sudah berkumpul, mereka biasanya akan berlomba-lomba membacakan puisi sebagus mungkin. Juga menceritakan isi novel per bab. Sehingga dalam sekali kumpul, mereka akan khatam memahami satu novel.
Pendiri Jakarta Book Review (JBR) Luqman Hakim Arifin menjelaskan, kritikus buku akan menginspirasi masyarakat untuk semakin giat membaca dan memanfaatkan buku. Merekalah yang memantik diskusi tentang perbukuan sehingga masyarakat terdorong untuk mengetahui dan membaca buku.
Dia menjelaskan, JBR diinisiasi dan diramaikan para pegiat literasi. Wadah tersebut menjembatani penerbit, akademisi, pembaca buku, penjual, dan banyak lagi pihak yang berkepentingan terhadap perbukuan.
Meski sudah ada sejak ribuan tahun lalu, buku tetap menjadi sumber ilmu. Buku tetap menjadi inspirasi kehidupan: yang menentukan jatuh dan bangunnya suatu peradaban.
Luqman menjelaskan, satu buku yang sungguh-sungguh disusun tak dapat digantikan konten portal internet, karena belum tentu mengandung kedalaman, atau konten audio visual yang biasanya hanya menampilkan permukaan isu. Dia mengajak masyarakat untuk sama-sama melestarikan ekosistem perbukuan, kemudian menghasilkan, mendiskusikan, dan menyebarluaskan buku berkualitas.
“Kita mulai dari keluarga, kerabat, dan lingkungan sekitar, sehingga menjadi pembaca yang baik dan kehidupan kita menjadi lebih berkualitas,” kata Luqman. (Zak/JBR)