Ada banyak anak HIV (human immunodeficiency virus). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak 2010 hingga 2022 tercatat terdapat 12.553 anak yang berusia di bawah 14 tahun yang terinfeksi HIV.
Meski demikian, anak tetap berhak mendapatkan pendidikan. Mereka harus sekolah untuk: pertama, belajar, dan kedua, membaca buku berkualitas. Dengan begitu mereka menjadi insan cerdas.
Sekolah ceria Anak HIV
Yayasan Huni Meku Manise memprogramkan sekolah ceria dan kelas inspirasi bagi Anak HIV AIDS (ADHA) dan anak terdampak HIV di Kota Ambon.
Program sekolah ceria dan kelas inspirasi diluncurkan pada September 2022. “Ini berkaitan dengan bagaimana memberikan edukasi bagi anak positif HIV dan terdampak,” kata Ketua Yayasan Huni Meku Manisez Evelyn Kaya, di Ambon, beberapa waktu lalu.
Sekolah ceria merupakan program pengendalian HIV melalui pendidikan. Tujuannya agar ADHA maupun anak terdampak bisa belajar dan bermain bersama. Mereka tidak terdiskriminasi orang sekitar.
Terbagi menjadi dua kelas
Sekolah ceria diikuti 25 orang anak. Mereka terbagi dalam dua kelas. Yakni usia 1-5 tahun dan 6-10 tahun.
Untuk anak usia 1-5 akan banyak bermain. Sedangkan usia 6-10 tahun anak gemar membaca buku. Guru di sana mendidik mereka agar lebih aktif berbicara. Misalnya membaca buku untuk diceritakan kembali dalam bentuk permainan.
Melalui sekolah ceria, anak dan orang tua berkolaborasi dalam kelas inspirasi. Tujuannya agar mereka bisa berbaur. Semuanya saling menguatkan. Orang tua menjelaskan status anak dan orang tuanya, agar tidak ada stigma dan diskriminasi.
Orang tua akan memberitahu kondisi penyakit anak secara bertahap bahwa di dalam tubuhnya ada kuman atau virus sehingga mereka harus minum obat ARV secara rutin.
Evelyn menambahkan, di kelas inspirasi pihaknya dibantu aktivis anak dari Jakarta yang membantu di Yayasan untuk memberikan penguatan kepada orang tua dalam bentuk sharing atau berbagi.
“Sekolah ceria dilakukan sebagai upaya mengurangi stigma anak, walau kebanyakan orang menganggap HIV sebagai kutukan,” ujarnya.