Buku Tokoh Revolusi DI/TII Aceh Resmi Rilis

Tokoh revolusi yang jarang terekspos

Banda Aceh – Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof. Samsul Rizal, merilis buku yang berujul “Ayah Gani Ketua Dewan Revolusi DI/TII Aceh”. Buku ini merupakan buah karya H. Ramly Ganie.

Buku ini bertujuan mengenalkan sosok penting dalam perjalanan sejarah Aceh yang jarang terekspos. “Banyak orang tidak mengetahui peran dan juga sosok Ayah Gani, pemilik nama lengkap Abdul Gani Usman yang memiliki peran besar dalam perjalan sejarah Aceh khususnya saat masa DI/TII,” ungkap Samsul Rizal, Senin (15/11/2021).  

Dalam kesempatan yang sama, ia mengungkapkan bagian prolog dalam buku ini ditulis oleh Guru Besar Univeritas Indonesia (UI), Prof Bachtiar Aly, dan Guru Besar Unsyiah, Prof Ahmad Human Hamid. Sedangkan bagian epilog, ditulis oleh Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Yusny Saby.

Harapannnya buku ini dapat memperkaya khazanah baca dan literatur sejarah Aceh terutama bagi generasi muda Aceh. Menurutnnya tanpa adanya buku tersebut mungkin banyak generasi tidak akan banyak mengetahui terhadap sosok A Gani Usman yang lahir di Seulimuem, Aceh Besar pada tahun 1909.

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar UI, Prof Bachtiar Aly, menuturkan Ayah Gani merupakan sosok yang memiliki integritas tinggi, penuh inspirasi, serta transformator yang mampu mengalirkan pikiran-pikiran Teungku Daud Beureueh kepada petinggi pemerintahan terutama Pemerintah Pusat di Jakarta.

“Apa yang dilakukan Ayah Gani sebenarnya sudah mewakili kepentingan semua pemangku kepentingan di Aceh. Sebagai Ketua Dewan Revolusi, ia mampu menggali dan mengawal setiap tuntutan dalam perundingan. Sehingga, Pemerintah Pusat yang saat itu diwakili Mr. Hardi sebagai Wakil Perdana Menteri, tidak memberikan suatu pernyataan negatif atas apa yang disampaikan oleh Dewan Revolusi melalui Ayah Gani,” Ungkapnya.

Menurutnya, jika ditinjau dari segi diplomasi, Ayah Gani merupakan sosok diplomat ulung karena semua substansi yang sangat berisiko terhadap kepentingan rakyat Aceh mampu ia komunikasikan secara santun, elegan, dan cerdas. (Zak/JBR)