Paris – Di Prancis terdapat sebuah perpustakaan kecil yang merangkap toko buku yang diberi nama Shakespeare and Company. Bangunan kecil yang terletak di tepi sungai Seine, Paris, ini ternyata menjadi saksi bisu lahirnya tokoh-tokoh sastra dunia seperti Ernest Hemingway, James Joyce, Jean Paul Sartre, Allen Ginsberg, Lawrence Ferlinghetti, Gregory Corso, hingga Simone de Beauvoir.
Toko buku ini didirikan pada tahun 1919 oleh Sylvia Beach, seorang ekspatriat Amerika, karena terinspirasi oleh toko buku Adrienne Monnier, Les Maison des Amis des Livers. Beberapa tahun berjalan,toko buku ini nyaris bangkrut terkena imbas depresi ekonomi. Hingga akhirnya toko buku ini benar-benar tutup pada tahun 1941 karena pendudukan Jerman di Prancis.

Sampai pada tahun 1951 seorang veteran perang Amerika Serikat, George Whitman, pindah ke Prancis untuk menghabiskan masa tuanya. Disini ia mendirikan toko buku yang diberi nama Le Mistral di Rue de la Bucherie. Hingga pada tahun 1964, atas restu dan sebagai penghormatan pada Sylvia Beach, George mengganti nama toko bukunya menjadi Shakespeare and Company.
Pada era Sylvia Beach, toko buku Shakespeare and Company pernah menjadi kantor penerbitan buku dan majalah sastra. Kala itu, Sylvia memperjuangkan penerbitan Ulysses karya James Joyce. Perjuangannya mulai dari mencarikan juru ketik naskah, hingga mempromosikan pesan-beli buku itu kepada seluruh relasi Shakespeare and Company. Bahkan, ia juga pernah menyelundupkan buku itu ke Amerika dengan bantuan koneksi Hemingway.
Pada era George, toko buku ini pernah menerbitkan majalah sastra, Merlin, The Paris Magazine, dan Two Cities. Bahkan Merlin dianggap menjadi majalah pertama bagi Samuel Beckett menerbitkan karyanya. Two Cities disokong oleh Anaïs Nin dan Lawrence Durrell, dan menerbitkan karya Ted Hughes dan Octavio Paz. Sedangkan The Paris Magazine menerbitkan karya dari Lawrence Ferlinghetti, Jean-Paul Sartre, dan Pablo Neruda.
Sejak pertama kali berdiri, toko buku ini sering mengadakan kegiatan jamuan yang dihadiri oleh para sastrawan. Di jamuan ini para sastrawan saling mengenal satu sama lain. Terdapat pula acara mingguan yang biasa disebut Sunday Tea Party. Acara diskusi ini bahkan pernah melibatkan Dave Eggers, Jonathan Safran Foer, dan Naomi Klein.
Salah satu ciri khas toko buku ini yaitu, setiap yang berkunjung ke tempat ini boleh menginap gratis. Sebagai gantinya, mereka diminta untuk membantu menjaga dan memelihara toko, membaca setidaknya satu buku setiap hari, dan sebelum meninggalkan Shakespeare and Company mereka diminta untuk menuliskan otobiografinya selama menumpang di sana. Terhitung sejak 1951, sudah ada lebih dari 30.000 orang telah menginap disana.
Kini, dengan usianya yang lebih dari satu abad, toko buku Shakespeare and Company masih tetap eksis menjadi pemasok buku baru, bekas, dan antik. Selain itu juga menjadi perpustakaan bacaan gratis terbuka bagi umum dengan segala tradisinya. (Zak/JBR)