Jakarta – Tanggal 2 April diperingati sebagai Hari Buku Anak Sedunia. Hari itu juga diperingati bersamaan dengan hari kelahiran Bapak Dongeng Sedunia, Hans Christian Andersen, seorang penulis asal Denmark.
Penasaran dengan sejarahnya beserta fakta-fakta dibaliknya? Yuk, simak sejarah Hari Buku Anak Sedunia berikut ini,
1. Latar belakang
International Board of Books for Young People (IBBY) merupakan organisasi internasional yang pertama kali mencetuskan Hari Buku Anak Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 April. Ditetapkannya Hari Anak Sedunia selain bertujuan meningkatkan minat baca pada anak-anak, juga sebagai sarana untuk mengenang sosok Bapak Dongeng Sedunia, Hans Christian Andersen.
Andersen terkenal akan karya-karyanya yang mendunia, seperti Si Bebek Buruk Rupa, Gadis Korek Api, Thumbelina, hingga Little Mermaid. Berkat karya-karyanya khazanah buku anak-anak di dunia semakin berkembang. Atas dasar itu, IBBY menetapkan tanggal lahir Hans Christian Andersen sebagai penanda Hari Buku Anak Sedunia.
2. Mengenal sosok Bapak Dongeng Sedunia
Berbicara tentang Hari Anak Sedunia tidak bisa lepas dari sosok Hans Christian Andersen. Hans berperan besar dalam dunia literasi anak-anak. Karya-karya Andersen masuk dalam jajaran karya sastra anak terbaik di dunia.
Andersen sendiri lahir pada 2 April 1805 di Denmark. Sejak kecil ia mempunyai minat terhadap cerita anak-anak dan dongeng. Beranjak remaja, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah dan memulai karirnya sebagai penulis naskah drama dan puisi.
Selanjutnya, ia pun mulai mengembangkan sayap dengan menulis buku dongeng untuk anak-anak. Namun, karya-karyanya tidak dihargai, bahkan dijual dengan harga yang sangat murah. Meskipun begitu, karya-karya sangatlah otentik. Hal ini justru membuat karyanya tetap abadi hingga sekarang.
3. Bagaimana merayakan Hari Buku Anak Sedunia?
Tanggal 2 April memang diperingati sebagai Hari Buku Anak Sedunia, meskipun perayaannya tidak seramai perayaan hari-hari besar lainnya. Namun, untuk untuk memeriahkan perayaan tersebut, kita bisa mengajak anak atau adik atau saudara untuk mengunjungi perpustakaan dan membacakan dongeng favorit mereka atau bisa dengan mengajak mereka berkarya dengan menulis dongeng bersama.
Hal ini selain bisa menumbuhkan minat baca pada anak sedari dini serta dapat memperluas budaya literasi. Dengan cara ini pula anak-anak dapat meningkatkan wawasan serta ilmu pengetahuan mereka. (ST/JBR)